Televisi Cina menyiarkan gambar sejumlah gedung runtuh dan sejumlah orang terkurung puing bangunan.
Para pejabat memerintahkan kru penyelamat segera berangkat menuju desa Yushu, pusat gempa, namun letaknya berjarak ratusan kilometer dari bandar udara besar.
"Tentara dikirimkan untuk menyelamatkan korban yang terperangkap bangunan,' ujar Huang Limin pejabat setempat kepada kantor berita Cina, Xinhua.
Salah seorang pejabat mengatakan kepada wartawan, lebih dari 85 persen bangunan di kota Jiegu tak jauh dari pusat gempa porak poranda.
"Jalan-jalan di Jiegu dipenuhi korban luka-luka, kepala mereka berdarah-darah," kata Zhuo Hua Xia kepada Xinhua.
"Banyak siswa terkubur dalam puing bangunan di sekolah kejuruan yang runtuh."
"Saya melihat orang terluka di mana-mana. Persoalan terbesar sekarang ini adalah kami kekurangan tenda, peralatan medis, obat-obatan, dan tenaga medis."
Bangunan di Yushu, desa yang dihuni mayoritas orang Tibet sekitar 250 ribu orang, terbuat dari kayu.
Karsum Nyima, dari stsiun TV desa Yushu, mengatakan kepada televisi negara CCTV, para murid sekolah berkumpul di lapangan sekolah meskipun sekolah mereka tidak roboh.
"Dalam sekejap, rumah-rumah bertumbangan. Itu gempa yang mengerikan. Di taman kecil, ada menara Budha bagian atasnya jatuh."
"Semua orang keluar ke jalan-jalan berdiri di depan rumah mereka, ada yang mencoba mencari anggota keluarga mereka," ujarnya.
Zhua De, warga Yushu dari etnis Tibet berbicara melalui telepon dari ibu kota provinsi Qinghai, Xining, jumlah korban kemungkinan bertambah.
"Rumah-rumah dibangun dengan tembok tebal dan kuat tetapi jika dihantam gempa dapat melukai orang-orang yang ada di dalamnya," katanya.
BBC | CHOIRUL