Para penyerang memasang bom di sekitar kota Isabela, selatan kepulauan Basilan sebelum terjadi bentrok senjata dengan petugas keamanan. Demikiana keterangan pejabat pemerintah.
"Para anggota Abu Sayaff mengenakan seragam militer dan polisi," kata Letnan Jenderal Ben Dolorfino, komandan militer senior di Filipina selatan kepada wartawan.
"Berdasarkan penilaian awal kami, orang-orng tersebut keluar untuk menculik seseorang dan meledakkan bom sebagai upaya pengalihan perhatian, tetapi pasukan kami cepat merespon untuk menggagalkan rencana mereka."
Sedikitnya enam orang tewas pada ledakan pertama di dekat lapangan olahraga, sementara ledakan kedua melukai 13 warga sipil di dekat gereja katedral Katolik Roma. Bom ketiga yang ditempatkan di terminal bus mini tak sempat meledak setelah dijinakkan militer.
Dolorfino mengatakan korban tewas di antaranya tiga marinir dan tiga militan, termasuk komandan kelompok Abu Sayyaf yang diidentifikasi bernama Bensar Indama.
Mayor Jenderal Juancho Sabban, komanan marinir setempat, mengatakan target serangan tidak jelas. "Laporan yang masuk masih samar," ujarnya.
"Saya tidak tahu target-target khusus mereka tetapi yang jelas serangan ini dilakukan oleh teroris untuk mengacaukan suasana."
"Marinir kami sekarang menguasai keadaan. Operasi terus berlangsung. Kami minta masyarakat tetap tenang."
Laksamana Alex Parma, yang memimpin pasukan kontraterorisme, mengatakan para pejuang Abu Sayyaf mungkin bermaksud akan meledakkan bom tambahan serta melakukan penculikan. Mereka terbagi tiga kelompok dan melarikan diri.
"Mereka memiliki rencana besar, kami berhasil menggagalkannya," ujarnya.
Isabela merupaka salah satu dari dua kawasan Kristen di Pulau Basilan yang berpenduduk mayoritas Muslim. Di kasawan ini kerap terjadi bentrokan antara kelompok Abu Sayyaf dengan pasukan pemerintah.
Abu Sayyaf diperkirakan memiliki 400 pejuang, mengatakan berjuang demi tanah air Muslim yanag terpisah di Filipina selatan.
AL JAZEERA | CHOIRUL