Kain berukuran lebih dari empat meter itu membentuk gambar pria berjenggot dengan bercak darah di tangan dan kakinya. Jutaan pemeluk Kristen percaya kain itu digunakan sebagai kafan Yesus Kristus.
Namun tiga penelitian pada 1988 menyimpulkan, berdasarkan penentuan umur karbon, kain kafan itu dibuat di Abad Pertengahan. Sejak itu para ilmuwan lain mengungkapkan keraguan tentang temuan itu. Sejumlah ilmuwan meminta Vatikan meneliti ulang dengan menggunakan teknik modern.
Pameran kain kafan Yesus ini merupakan yang keenam dalam satu abad, dan bagi sejumlah pengunjung, kain kafan ini lebih menyangkut keagamaan dan bukannya sesuatu yang perlu dibuktikan secara ilmiah. Lebih dari satu juta orang telah memesan tiket untuk menyaksikan kain kafan yang akan dipamerkan selama enam minggu.
Selama berabad-abad kain ini dipercaya sebagai pembungkus mayat Yesus dan berarti kain ini berusia hampir dua ribu tahun. Tahun lalu seorang profesor kimia Italia mereproduksi kain yang mirip dengan kain kafan itu dengan menggunakan teknik Zaman Pertengahan. Langkah ini menyebabkan internet penuh dengan berbagai teori terkait asal kain kafan itu.
Para pemeluk Katolik, termasuk Paus Benediktus, serta beberapa pencetus teori konspirasi diperkirakan akan menyaksikan pameran kain kafan ini.
BBC | YR