"Sebagian besar responden cemas negeri ini akan sesak dengan manusia," kata Direktur Eksekutif Lowy Institute Michael Wesley. "Mereka juga khawatir akan harga rumah dan lingkungan yang padat." Katanya hasil survei memperlihatkan perbedaan yang tipis antara jumlah responden yang mendukung pertambahan populasi penduduk dengan mereka yang menolak. "72 lawan 69 persen," ujarnya, lagi.
Perdana Menteri Rudd mendukung pertambahan jumlah penduduk di negerinya setelah mendengarkan pernyataan Menteri Keuangan Ken Henry. Kata Menteri Henry lonjakan angka imigran yang masuk ke Australia plus naiknya angka kelahiran (populasi diperkirakan tumbuh 61% hingga 2050) menciptakan peluang pertumbuhan ekonomi yang signifikan bagi Australia.
Sekadar pembanding, kata Menteri Henry, populasi dunia pernah diramalkan bertumbuh hanya 38 persen selama periode yang sama, dari 6,8 miliar menjadi 9,4 miliar, membuat Austalia menjadi negara industri dengan pertumbuhan terbesar yang bahkan melebihi India. Data statistik pada Kamis (8/4) menunjukkan bahwa ada tambahan 19.600 posisi pada Maret yang menempatkan rasio pengangguran pada 5,3 persen.
"Itu berarti angka rasio pengangguran di Australia jauh berada di level negera-negara maju lainnya," demikian dilansir kantor berita Reuters. Karena itu, Dewan Bisnis Australia, yang mewakili 100 perusahaan besar di Australia, menyebut pertumbuhan populasi tak bisa bisa dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian yang berkelanjutan.
"Saya berjanji untuk sebisa mungkin melawan rencana untuk memangkas jumlah imigran ahli," kata Presiden Dewan Bisnis Australia Graham Bradley. Cuma Scott Morisson dari kubu konservatif mewanti-wanti bahwa para calon pemilih di Australia tak sepakat dengan target pertumbuhan penduduk yang dicanangkan Perdana Menteri Rudd itu. "Mereka (pemilih) belum siap," kata Morisson.
| REUTERS | ANDREE PRIYANTO