"Jika sebuah negara mengerahkan kekuatan tak proporsionalnya di Gaza, Palestina dan menggunakan bom fosfor, kita tak bisa pergi begitu saja sembari bilang "oke, selesai"," kata Erdogan. "Ini menunjukkan Israel merupakan ancaman nyata bagi perdamaian regional."
Israel memang pernah menduduki Gaza, kota yang dikuasai Hamas, selama 22 hari dari Desember 2008 hingga Januari 2009. Perserikatan Bangsa-Bangsa menuduh Israel dan Hamas telah melakukan kejahatan perang dalam pendudukan kota di wilayah Palestina itu.
Pernyataan Erdogan itu seketika ditanggapi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. "Kami ingin membangun hubungan yang baik dengan Turki dan menyesalkan Tuan Erdogan memilih terus menerus menyerang Israel," kata Netanyahu di Israel.
Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman bahkan membandingkan Erdogan dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez dan pemimpin Libya Muammar Qaddafi.
Sebelum Erdogan mengeluarkan pernyataan keras itu, Duta Besar Turki di Tel Aviv ditarik Ankara pada awal pekan ini. Penarikan terjadi karena Duta Besar Oguz Celikkol dipermalukan di depan umum oleh Deputi Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon, Januari lalu.
Celikkol dipanggil ke kementerian luar negeri Israel dan ditegur Ayalon lantaran televisi Turki menyiarkan tayangan penculikan oleh agen intelijen Israel. Ceikkol diminta duduk di kursi yang lebih rendah dari Ayalon dan dikuliahi oleh sang Deputi Menteri Luar Negeri.
BBC | YR