Menurut laporan suratkabar New York Times, perintah itu diberikan pemerintah Obama awal tahun ini, namun baru saja diungkapkan setelah dilakukan pengkajian kembali kebijakan keamanan. "Bahaya yang disebabkan oleh Awlaki terhadap negara ini tak hanya terbatas pada kata-kata, ia terlibat dalam rencana," kata para pejabat yang tidak disebutkan namanya kepada suratkabar itu.
Kantor berita Reuters juga mengutip para pejabat yang tak disebut namanya, yang mengukuhkan berita itu dengan mengatakan Awlaki telah dimasukkan dalam "daftar orang-orang yang menjadi sasaran Amerika" untuk ditangkap atau dibunuh. Daftar yang dipegang CIA itu diperkirakan berisi orang-orang yang diyakini merencanakan serangan teroris terhadap Amerika Serikat.
"Awlaki sadar pada apa yang telah ia perbuat, dan ia tahu bahwa ia tak akan disambut dengan jabat tangan dan karangan bunga," kata pejabat itu seperti dikutip New York Times.
Awlaki lahir di New Mexico namun sekarang tinggal di Yaman. Ia meninggalkan Amerika pada 2007 dan pergi ke Yaman. Amerika memperingatkan bahwa Yaman menjadi tempat aman bagi al-Qaidah.
Pemerintah Yaman, dengan dukungan Amerika dan Arab Saudi, membom tempat-tempat yang dicurigai menjadi persembunyian al-Qaidah dalam beberapa bulan ini. Namun beberapa pengamat memperingatkan bahwa Yaman mungkin menjadi negara yang gagal karena kerapuhan kekuasaan pemerintah Yaman.
Awlaki dikaitkan dengan serangan seorang mayor tentara Amerika pangkalan di Fort Hood pada November tahun lalu, yang menewaskan 13 orang. Umar Farouk Abdulmutallab, seorang pria Nigeria yang dituduh mencoba meledakkan pesawat yang sedang dalam penerbangan ke bandara Detroit pada hari Natal 2009, diduga bertemu Awlaki di Yaman beberapa minggu sebelum terbang dengan pesawat itu dari Lagos.
Ulama itu menjadi populer di kalangan Muslim radikal karena khutbah-khutbahnya yang bersifat membakar yang menyetujui penggunaan kekerasan sebagai tugas agama. Ia tinggal dan belajar di Amerika Serikat dan menjadi imam di San Diego. Khutbah-khutbahnya antara lain didengarkan oleh dua pelaku pembajakan 9 September 2001.
BBC | YR