TEMPO Interaktif, Kyrgyzstan - Protes anti-pemerintah mengguncang negara Asia Tengah, Kirgizstan, pada hari Rabu saat ribuan demonstran menyerbu gedung pemerintah utama, membakar kantor kejaksaan dan mengambil alih televisi negara.
Letusan kekerasan menghancurkan stabilitas negara bekas Soviet yang bergunung-gunung itu, yang menjadi pangkalan militer AS dan merupakan pusat pasokan utama dalam memerangi Taliban di Afghanistan yang berdekatan.
Setidaknya 17 orang tewas dan sedikitnya 180 terluka dalam bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan, kata pemerintah. Pemimpin oposisi utama mengatakan, 100 demonstran telah dibunuh tetapi klaim itu tidak dapat segera dikonfirmasi.
Pemimpin partai oposisi utama Ata-Meken mengumumkan di televisi nasional bahwa ia sedang bernegosiasi dengan presiden dan menuntutnya mundur. Para pejabat pemerintah tidak bisa segera dihubungi untuk mengomentari klaim tersebut.
Kepala Ata-Meken, Omurbek Tekebayev mengatakan dia ingin setiap keluarga mengadopsi filosofi "kebebasan atau mati."
Kekacauan itu meledak setelah polisi elite di kantor pusat pemerintah di ibukota, Bishkek, melepaskan tembakan untuk mengarahkan kembali orang banyak yang marah atas korupsi pemerintah dan kenaikan harga listrik.
Demonstran menguasai dan menjarah gedung televisi pemerintah dan berbaris menuju Departemen Dalam Negeri, menurut wartawan Associated Press di lokasi kejadian, sebelum mengubah arah dan menyerang gedung keamanan nasional di dekatnya. Mereka ditolak oleh pasukan keamanan.
Aktivis oposisi Shamil Murat mengatakan kepada AP bahwa Menteri Dalam Negeri Moldomusa Kongatiyev telah dipukuli sampai mati oleh segerombolan orang di kota barat Talas di mana kerusuhan bermula sehari yang lalu.
Situs Web Fergana.ru melaporkan kemudian bahwa Kongatiyev dipukuli namun tidak meninggal, seraya mengatakan wartawan sendiri telah menyaksikan pemukulan itu.
Puluhan demonstran terluka berjajar di koridor salah satu rumah sakit utama Bishkek, sebuah blok dari alun-alun, di mana dokter tidak mampu mengatasi banjir pasien. Para perawat menangisi mayat, dokter saling berteriak dan lantai berlumuran darah.
AP | EZ