TEMPO Interaktif, Xiangning – Para anggota penyelamat menyiapkan peralatan untuk pencarian besar-besaran 153 penambang yang terperangkap di Cina utara. Mereka mngatakan tidak putus asa meski lebih dari satu minggu tambang tergenang banjir.
Namun, sampai kini belum ada keputusan yang dibuat untuk menentukan langkah berikutnya setelah tim menyelam masuk tambang Sabtu (¾). Dilaporkan, kondisi tambang gelap, air keruh dan sulit mencapai tempat penambang, dimana penolong berharap penambang masih ada yang selamat.
“Tidak ada tanda-tanda kehidupan lagi setelah sempat terdengar ketukan pada hari Jum'at,” ungkap Wen Changjin, pejabat lokal.
Persiapan Minggu sore untuk menunjukkan pihak berwenang hampir siap untuk mengirim tim pencari ke tambang. Material bambu diletakkan di atas lantai berlumpur di poros tambang. Televisi pemerintah mengutip pejabat yang mengatakan, tugas utama adalah untuk memompa keluar air.
Rumah sakit telah dipersiapkan untuk korban jika ada yang ditemukan. Mereka mengatakan bahwa pada Minggu siang, permukaan air bawah tanah telah menurun tajam, tetapi mereka tidak tahu berapa banyak air yang ada di tambang.
Sekitar 3.000 orang telah bekerja sepanjang waktu untuk memompa keluar air dalam tambang. Empat tim penyelamatan, masing-masing sekitar 10 orang menerima pengarahan Gubernur Wang Jun. "Kami sedang menunggu instruksi lebih lanjut," kata salah seorang pemimpin tim, Song Danian. "Kami akan pergi sejauh dan sedalam mungkin."
Dari rekaman televisi pada hari Jumat sore menunjukkan penolong mengetuk pipa dengan kunci, lalu bersorak dan melompat setelah mendengar jawaban -tanda pertama kehidupan sejak tambang banjir. Mereka menurunkan pena dan kertas, bersama dengan paket yang mengandung gula dan susu, menuruni pipa logam ke dalam tambang.
Pemerintah lokal mengatakan, 153 pekerja diyakini terjebak di sembilan lorong tambang, yang dibanjiri dengan kapasitas air lebih dari 55 kolam renang Olimpiade. Namun, penyelamat mengatakan empat lorong tidak sepenuhnya terendam.
Sekitar dua lusin ambulans diparkir di jalan menuju lokasi tambang. Dokter dan perawat siaga berdiri. Tapi mereka mengakui kemungkinan menemukan seseorang yang masih hidup tipis seiring berjalannya waktu. "Kemungkinan sangat tipis. Kondisi di sana sangat dingin dan mereka sudah lama di sana," kata Dr Qin Zongyang.
Badan Keselamatan Kerja mengatakan, sebuah penyelidikan awal menemukan bahwa manajer tambang mengabaikan kebocoran air di tambang sebelum kecelakaan.
Tambang batubara Cina, adalah tambang yang paling mematikan di dunia. Dari kecelakaan, 2.631 penambang batu bara tewas di Cina tahun lalu. Angka ini turun dari 6.995 kematian pada tahun 2002, tahun paling berbahaya dalam catatan.
AP| NUR HARYANTO