TEMPO Interaktif, Bangkok - Pengunjuk rasa anti-pemerintah melawan perintah pemerintah. Kelompok yang dikenal dengan Kaos Merah menduduki jantung kota Thailand untuk hari kedua, Minggu (4/4). Bahkan mereka bersumpah akan bertahan sampai diputuskan ada pemilu baru.
Di antara pengunjuk rasa, banyak masyarakat miskin pedesaan. Mereka tidur malam di trotoar dan sampah-berserakan di sekitar hotel mewah dan pusat perbelanjaan Kota Bangkok.
Area gedung perkantoran dan toko-toko di pusat perbelanjaan terpaksa tutup dengan alasan keamanan. Padahal, para pelancong dan orang yang berbelanja memenuhi kawaqsan ini setiap akhir pekan. Lalu lintas di kawasan itu lumpuh.
Surat kabar lokal mengutip dari Kamar Dagang Thailand, kerugian ekonomi dari pengambilalihan di daerah perbelanjaan dan hotel bisa mencapai 500 juta baht atau sekitar Rp136 miliar per hari.
Polisi menyebarkan pamflet dan menggunakan pengeras suara untuk memerintahkan demonstran segera angkat kaki. Polisi mengancam pengunjuk rasa akan dikenai hukuman penjara dan denda karena mereka melanggar keputusan darurat dengan mengganggu lalu lintas dan perdagangan.
Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva mengumumkan di televisi nasional, Minggu pagi (4/4), bahwa kedua belah pihak kemungkinan akan mencapai kompromi. Namun di jalanan tak terlihat tanda-tanda bakal berhenti. Kaos Merah justru merobek selebaran dan tidak menunjukkan tanda-tanda pergi.
Kaos Merah sudah empat kali ini demo besar-besaran di akhir pekan dengan target kawasan hotel dan pusat perbelanjaan kelas atas. Mereka mencari taktik untuk memaksa Abhisit agar memenuhi tuntutan mereka, setelah gagal untuk menggulingkan pemerintah melalui pawai massa damai dan negosiasi.
Sekitar 10.000 pengunjuk rasa berkumpul di daerah tersebut Sabtu, lalu. Menurut juru bicara Polisi Metropolitan Piya Utayo, jumlah demonstran, termasuk yang di kota lain mencapai hampir 55.000 orang.
Di antara usaha yang terkena dampak adalah Siam Paragon --pusat perbelanjaan mewah di Asia--, dan hotel-hotel seperti Grant Hyatt Erawan Hotel dan InterContinental Bangkok. Pada hari Minggu pagi, angka itu menurun jauh.
Gerakan Kaos Merah - dikenal secara resmi sebagai Kesatuan Front Demokrasi Melawan Kediktatoran - sebagian besar terdiri dari pendukung mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra dan aktivis pro-demokrasi yang menentang kudeta militer 2006 yang menyingkirkannya.
BANGKOKPOST|AP| NUR HARYANTO