Tentu saja ini bukan hal mustahil baginya. Apalagi dengan kekayaannya yang sekitar US$ 2,2 miliar. Meski Mahkamah Agung Thailand telah membekukan lebih dari setengah hartanya pada akhir Februari lalu, bukan masalah baginya untuk melanglang buana.
Kamis lalu, lelaki 61 tahun ini mengaku sudah berada di Dubai, Uni Emirat Arab. Pengumuman ini sekaligus menepis selentingan ia sudah ditendang dari kota pusat bisnis dunia di Timur Tengah itu. “Saya di Dubai sekarang,” katanya dalam laman media sosialnya di Twitter.
Ia juga membantah kabar yang beredar melalui surat elektronik bahwa dirinya kena kanker. Kondisinya diisukan parah dengan seluruh rambut di kepalanya rontok. “Saya hanya tertawa mendengar hal itu,” tulisnya lagi.
Statusnya sebagai buron pemerintah Thailand membuat Thaksin enggan kembali ke negaranya. Ia berjanji bersedia pulang jika mendapat pengampunan dari Raja Bhumibol Adulyadej. Ia dihukum dua tahun penjara karena terbukti menyelewengkan kekuasaan saat menjabat.
Situasi ini pula yang membuat Bangkok supersibuk. Berkali-kali mereka harus meminta negara-negara lain agar tidak menerima kehadiran Thaksin. “Pihak berwenang meminta negara-negara lain mencari Thaksin sehingga ia bisa dihukum di Thailand,” ujar juru bicara pemerintah Thailand, Panitan Wattanayagorn.
Namun status tidak membuatnya terpenjara. Maklum saja, sebagai bekas perdana menteri dan masih tetap konglomerat, ia memiliki koneksi tingkat tinggi. Karena itu, jangan heran jika ia mudah memperoleh keistimewaan.
Bulan lalu, ia diterima sebagai warga negara Montenegro, negara pecahan Yugoslavia di kawasan Balkan. Menurut polisi setempat, Thaksin sedang berada di sana pertengahan Maret itu. Lelaki kelahiran San Kamphaeng, Provinsi Chiang Mai, ini dilaporkan pula telah menjadi warga kehormatan di Bahama dan Nikaragua.
Ia pernah menetap di London, Inggris. Di sana ia membeli klub Liga Primer Inggris, Manchester City, sebelum dijual lagi ke taipan asal Uni Emirat Arab. Ia juga sempat meminta suaka ke Inggris dan Cina, namun tidak ada jawaban. Visa setahun yang ia peroleh dari Jerman juga telah ditarik.
Kebanyakan perjalanan keliling Thaksin untuk urusan bisnis. Seperti yang ia lakoni di Rusia, akhir pekan lalu. Ia terbang ke Moskow setelah melawat ke Swedia beberapa hari. Ia menemui seorang rekannya sesama konglomerat. Ia mengajak menanam modal di Thailand setelah ia kembali.
Jadi, seperti pesan Thaksin, Abhisit tidak perlu repot mencarinya. “Jangan buang waktu mencari saya. Anda lebih baik menggunakan itu untuk negara.”
Bangkok Post | BBC | Scand Asia | The Nation Faisal Assegaf