Pengusaha 37 tahun itu hampir setiap hari datang ke tukang cukur untuk merapikan dan menyempurnakan desain jenggotnya itu. Ia biasanya mempertahankan model brewoknya selama satu bulan. Untuk setiap desain baru itu Sameer mesti merogoh kocek 60 poundsterling (sekitar Rp 800 ribu).
Kadang ia membentuk jenggotnya tampak seperti kalelawar, kadang pula ia mewarnainya menjadi tiga warna bendera untuk memperingati Hari Kemerdekaan, di saat yang lain ketika pemilu tiba ia mengubahnya menjadi simbol suara. Desain tetap yang ia pakai adalah pada saat Valentine: memasang gambar hati.
"Tanpa harus banyak bicara, jenggot saya sudah mengatakan banyak hal," kata Sameer bangga kepada Times of India.
Gagasan pertama mengubah-ubah bentuk jenggot datang ketika ia terbaring di rumah sakit. Seseorang menyarankan dia merapikan rambut di dagunya yang berantakan dan pergi ke tukang cukur. Ia pun mematut-matut diri dan berpikir bahwa saran sang teman betul. Ia juga merasa sudah bosan dengan rambut memanjang yang itu-itu saja.
Sameer mengatakan bahwa laki-laki, dibandingkan dengan perempuan, memiliki pilihan fashion yang sangat terbatas. Ia berpikir tak ada salahnya jika ia mengganti-ganti model janggutnya. Ia segera memangkas dan memasang desain pertama yang berbentuk mirip telur. Kontan saja Sameer menjadi bahan tertawaan. Sang istri bahkan malu berada di dekatnya.
Anjing menggonggong Sameer berlalu. Ia terus bereksperimen sampai sang istri tak lagi risih. Sameer bahkan kini sering didaulat di jalan untuk berfoto bersama. Ia pun kian bangga. Cita-citanya kini tinggal masuk ke Guinness Book of Records: mengejar desain jenggot ke 100. Ada-ada saja.
The Hindu | YR