Sejumlah pemimpin regional menyatakan hal tersebut pada Ahad waktu setempat usai sesi akhir pertemuan Liaga Arab di timur laut Kota Sirte.
"Kebijakan pembangunan perumahan Israel merupakan sesuatu yang sangat berbahaya bagi proses perdamaian," demikian hasil akhir pertemuan.
Dalam jumpa pers, Sekretaris Liga Amr Moussa menyatakan para pemimpin Arab muak dengan kebijakan Israel. "Bola berada di pihak Israel," ujarnya. "Kami sedang menunggu untuk melihat apakah mereka serius. Jika serius, mereka harus berhadapan dengan situasi di wilayah pendudukan dengan cara yang berbeda."
Pada pertemuan tersebut, para pemimpin Arab menolak tekanan Syria dan Libya agar Palestina membatalkan seluruh pembicaraan dengan Israel dan melanjutkan perlawan bersenjata. "Inisitaif perdamaian Arab merupakan langkah serius. Jika kita mundur, apa yang ditawarkan Arab setelah itu," ujar Moussa.
Pembantu senior Abbas, Nabil Abu Rudaina menampik tekanan tekanan tersebut. "Kita mesti realistis. Kita tidak akan menuruti agenda-agenda khusus," ujarnya kepada Al Jazeera. "Kami siap mengikuti opsi Arab. Jika mereka menginginkan perang, kami segera deklarasikan serta membolilisasi tentara dan rakyat."
Palestina telah menarik diri dari pembicaraan damai sebagai reaksi atas pengumuman pemerintah Israel yang akan membangun 1600 rumah di daerah pendudukan. Presiden Palestina Mahmoud Abbas tidak akan ambil bagian dalam proses perdamaian kecuali Israel menghentikan seluruh pembangunan perumahan di daerah pendudukan. Namun, Israel menolak.
Wakil Menteri Luar Negeri Israel Danny Ayalon mengatakan, negaranya "memiliki hak resmi" membangun di Yerusalem. "Kami katakan dengan tegas bahwa kami memiliki hak membangun di Yerusalem."
AL JAZEERA | CHOIRUL