Menurut pejabat pemilu Irak, koalisi pimpinan Allawi mendapatkan dua kursi lebih banyak ketimbang Maliki dalam pemilu yang berlangsung 7 Maret lalu itu. Disebutkan, Allawi meraih 91 kursi, sedangkan Maliki 89 kursi. Adapun kelompok lainnya, yakni Aliansi Nasional Irak, kelompok Syiah yang didominasi pengikut Al-Sadr, meraih 70 kursi, dan Partai Kurdi hanya 51 kursi.
Hasil akhir ini dinilai mengejutkan karena sebelumnya Maliki diramalkan bakal menang mudah. Pada penghitungan dua pekan pertama Maliki memimpin perolehan suara, tapi selanjutnya disalip oleh perolehan suara Allawi.
Kepada pendukungnya di Baghdad, Allawi mengatakan ingin membantu membangun stabilitas wilayah agar tercapai kemakmuran bagi warga Irak. "Pada kesempatan ini, saya menyampaikan selamat kepada warga Irak dan membuka lebar-lebar persahabatan dengan semua tetangga dan negara-negara di dunia," kata Allawi.
Allawi, politikus Syiah sekuler yang melakukan koalisi lintas sektarian, termasuk dengan minoritas Sunni yang tak lagi berkuasa sejak tergulingnya pemerintah Saddam Hussein, juga menawarkan kepada semua partai untuk berunding guna membentuk pemerintahan. Dia berharap langkah ini dapat memperbaiki posisi Irak di Arab dan dunia muslim.
Allawi juga menegaskan aliansinya terbuka untuk berbicara dengan siapa saja, dan meminta partai segera melakukan hal itu. Menurut Allawi, stabilitas Irak sangat diperlukan agar stabilitas di Timur Tengah bisa tercapai, dan ia meminta warga Irak melindungi negara mereka. "Bangsa ini jangan terlalu lama bergantung pada Amerika."
Kemenangan kubu Allawi, yang didukung Amerika Serikat, membuat Maliki marah dan berjanji untuk menentang kemenangan tersebut. Maliki juga mengulangi permintaan agar komisi pemilu menghitung ulang kertas suara. Namun komisi pemilu menolak melakukan penghitungan secara manual atas seluruh kertas suara yang masuk. Respons ini membuat Maliki tak puas. Ia menegaskan bahwa kelompoknya akan tetap membentuk pemerintah baru.
Tapi utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Irak menggambarkan, pemilu "bisa diterima", dan ia mendesak warga Irak menerima hasil akhirnya.
Kemenangan ini sempat diwarnai aksi kekerasan. Beberapa jam sebelum hasil akhir pemilu diumumkan, terjadi dua ledakan di Kota Khalis, Provinsi Diyala. Ledakan itu membuat 42 orang tewas dan melukai 65 orang lainnya.
Di antara para korban ada anak-anak dan perempuan. Tapi jumlahnya tidak diketahui. Ledakan terjadi pukul 6.15 sore waktu setempat di depan sebuah kafe dan restoran di Khales tengah. Belum diketahui jelas penyebab ledakan.
AP | BBC | SKY NEWS | SUNARIAH