Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta sangat menyadari kelaparan tahunan di negaranya itu. "Bagi saya ini adalah masalah yang sangat mendesak dan memilukan. Saya juga melihat orang-orang tidak bisa membeli makanan yang layak untuk sehari-hari," katanya, Jumat waktu setempat.
Ia menegaskan, prioritas nomor satu bagi pemerintahnya adalah ketahanan pangan untuk mengatasi kekurangan gizi. Anak-anak terhambat pertumbuhannya karena kekurangan gizi di tahun-tahun awal kehidupan mereka. Mereka tidak bisa belajar maksimal di sekolah karena mereka kekurangan gizi.
Baca Juga:
"Perlu waktu, butuh waktu bertahun-tahun bagi kita untuk meningkatkan produktivitas pertanian dengan lebih baik. Lebih baik benihnya, lebih baik teknik pertanian, dan cara yang lebih baik untuk memasok barang lebih cepat dan lebih murah," ujar Horta.
Lambatnya kedatangan musim hujan membuat petani kesulitan untuk bercocok tanam. Semuanya sangat tergantung pada curah hujan yang cukup agar hasil pertanian bisa berlimpah. Ada dua musim yang berbeda di wilayah ini, musim hujan dan kemarau.
Di pegunungan selatan Ibu Kota Dili, seorang wanita menggali-gali tanah dengan tongkat kayu untuk menabur benih di tanah yang kering. Petani di sini memakai cara bertani yang tradisional selama berabad-abad. Secara demografis, Timor Leste kurang menguntungkan.
Petani wanita tersebut memiliki lima anak di bawah usia 10 tahun. Rata-rata nasional setiap orang tua di negara ini memiliki delapan anak. Setengah dari penduduk di Timor Leste berusia di bawah 10 tahun.
Kesulitan persediaan pangan ini terjadi hampir 10 tahun sejak kemerdekaan Timor Leste dari Indonesia. Langkah-langkah perjalanan bangsa Timor Leste sering terseok-seok. Pasukan Indonesia pergi meninggalkan negara tersebut dengan reruntuhan dan infrastruktur yang compang-camping. Kerusuhan politik telah sangat menghambat kemajuan pembangunan Timor Leste.
ABC l BASUKI RAHMAT