Ia khawatir bakal menjadi penganggur, yang kerjanya hanya duduk di rumah dan menonton televisi. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat, saat ini sekitar 40 persen dari 1,5 juta penduduk di sana tidak punya pekerjaan “Mungkin saya akan pindah ke Somalia atau Afganistan. Tidak ada lagi kehidupan bagi saya di Gaza,” katanya seraya tersenyum masam.
Barakat adalah satu dari lima atau enam tukang cukur lelaki di seantero Gaza. Salonnya sudah beroperasi lebih dari seperempat abad. Bangunannya tidak terlalu besar, dengan kaca cermin yang selalu dibalut kain gorden. Kelihatan sedikit lusuh, memang. Seperti kebanyakan salon, terdapat cermin besar, alat pengering, dan poster berisi beberapa gaya rambut perempuan Barat di era 1980-an.
Sebagian besar pelanggannya orang asing dan warga Kristen yang jumlahnya kira-kira 3.000 orang. Beberapa di antaranya wanita muslim liberal. Saban hari ia kedatangan tiga atau empat konsumen.
Sejatinya, beleid baru Hamas itu sejalan dengan tradisi yang berlaku di Gaza. Masyarakat di daerah ini memang lebih konservatif dan religius ketimbang penduduk di Tepi Barat, yang didominasi Fatah. Naveen, 20-an tahun, membantah anggapan bahwa larangan itu dibuat karena Hamas. “Ini mengenai Islam dan tradisi kami. Pria tidak boleh mencukur rambut wanita. Itu normal di sini,” ujar gadis berjilbab warna cerah yang mengenakan kaus oblong dan celana jins ini.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Hamas, Ihab al-Hussein, menegaskan isu itu tidak perlu dibesar-besarkan. “Ini bukan masalah besar, ini sebuah tradisi,” katanya.
Hamas memang telah menerapkan sejumlah syariat Islam di Gaza. Mereka mewajibkan pengacara perempuan berjilbab di ruang sidang dan mengharuskan pelajar perempuan berbusana Islami. Bahkan kaum lelaki dilarang memakai celana yang panjangnya di atas lutut saat bermain di pantai.
Jauh sebelum ini, salon milik Hatim al-Ghoul diserang dua kali, pada 2007 dan 2008. Namun ia mengaku tak tahu siapa pelakunya. “Mereka datang di tengah malam dan meledakkan salon saya dengan bom berukuran kecil,” ujarnya.
Kasihan benar para tukang cukur pria ini. Biasanya mereka menggunting rambut orang, namun kini pekerjaan mereka terancam dipotong.
BBC | Faisal Assegaf