Kantor berita resmi Korea Selatan, Yonhap, dan radio Korea Utara, yang dijalankan para pembangkang di Seoul, Korea Selatan, melaporkan, Pak ditembak mati pekan lalu. Ia diberhentikan dari jabatannya awal tahun ini lantaran krisis mata uang dan ditahan sejak pertengahan Januari lalu.
Nilai mata uang Korea Utara ambruk pada 30 November hingga 6 Desember 2009. Alhasil, inflasi melonjak serta persoalan pasokan barang-barang dan makanan kian buruk. Dalam sebuah kesempatan yang amat jarang terjadi, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-il, meminta maaf atas masalah tersebut.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan tidak dapat memastikan kebenaran berita eksekusi Pak itu. Menurut seorang pejabat kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, lelaki nahas tersebut muncul terakhir kali di muka umum pada 3 Januari lalu. Ketika itu ia menemani Kim mengunjungi lokasi pembangunan pembangkit listrik di Huichon.
Direktur Sejong Institute yang meneliti isu dua Korea, Pak Hak-soon, menilai Pak hanya dijadikan kambing hitam setelah muncul ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah Kim. "Eksekusi itu mungkin awalnya mampu mendamaikan perselisihan masyarakat. Yang lebih penting apakah pemerintah mampu menyelesaikan masalah cadangan barang," katanya.
Ironisnya, Kim dilaporkan memiliki tabungan US$ 4 miliar di sebuah bank yang dirahasiakan di Swiss. Kekayaan itu ia terima dari penjualan senjata, narkotik, dan hasil kerja warganya di luar negeri. Bahkan Kim mendapat uang tunai US$ 450 juta dari Seoul pada perundingan tingkat tinggi pertama kedua negara.
BUSINESS WEEK | DONG A-ILBO | FAISAL ASSEGAF