“Jelas bahwa, secara statistik, pelecehan (terhadap) wanita jauh lebih sedikit ketimbang laki-laki. Dan dalam banyak laporan, jauh lebih mungkin untuk (melaporkan penyalahgunaan),” ujar Serene Jones, Presiden Union Teological Seminary di New York, Amerika Serikat, kepada CNN Christiane Amanpour.
“Ini akan membuat perbedaan besar jika siswa perempuan Katolik saya di seminari berada dalam posisi kekuasaan sekarang. Hal ini tidak ditangani dengan cara ini sama sekali,” katanya.
Namun bagaimanapun juga, petinggi sekolah seminari lainnya tak begitu yakin hal tersebut.
“Saya harap kehadiran perempuan bakal membuat suatu perbedaan dan bahwa disana bakal lebih melaporkan penyalahguanaan,” ucap Janet Smith, pengajar etika kehidupan pada Sacred Heart Major Seminary di Detroit. “Tapi saya lihat ke sejumlah studi yang telah dilakukan tentang pelecehan seksual di sistem sekolah umum, ternyata (jumlahnya) cukup besar.”
Apakah gereja Katolik tengah menuju titik nadir? Janet Smith tak tahu apakah bukti mendukung pernyataan Jones. “Aku lihat sebuah penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perempuan lebih efektif dalam melaporkan pelecehan yang terjadi di sistem sekolah publik, dan kemudian akan mengkonfirmasikan harapan bahwa kehadiran perempuan yang lebih besar bakal membeberkan penyalahgunaan lebih sering.”
CNN/dwi a