Sontak, keputusan itu membuat pemerintah Turki marah dan mengutuk resolusi yang dianggap tak berdasar karena tanpa landasan jelas. Setali tiga uang, pemerintah Swedia menentang keputusan Parlemen, namun tak bisa berbuat banyak karena resolusi tersebut hasil rapat paripurna Parlemen. Hal serupa, pekan lalu, dikeluarkan oleh Kongres Amerika Serikat sehingga Turki menarik pulang duta besarnya.
Setelah mendapatkan informasi keputuan Parlemen Swedia, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan langsung membatalkan kunjungannya ke Stockholm yang dijadwalkan pekan depan.
"Rakyat dan pemerintah kami menolak keputusan tersebut. Itu merupakan kesalahan besar dan tak berdasar," ujarnya.
Mendengar reaksi keras Turki, Menteri Luar Negeri Swedia Carl Bildt mengatakan keputusan Parlemen merupakan "sebuah kesalahan" namun hal itu tak bisa mengubah posisi pemerintahannya yang mendukung Turki masuk ke dalam Uni Eropa.
Keputusan Parlemen Swedia keluar seminggu setelah DPR Amerika Serikat urusan Komite Luar Negeri menyetujui resolusi - 23 banding 22- yang menuduh Turki melakukan genosida bangsa Armenia pada Perang Dunia I. Keputusan itu membuat Turki marah dan menarik duta besarnya.
Saat ini hubungan Turki dengan Armenia sangat mesra. Kedua negara mencoba menghapus masa-masa buruk yang pernah terjadi.
Ratusan ribu bangsa Armenia tewas pada 1915 ketika diusir dari Anatolia Timur oleh Kaisar Ottoman. Mereka dibunuh oleh tentara, meninggal karena kelaparan dan penyakit.
Armenia mengatakan lebih dari 1,5 juta rakyat Armenia tewas, tetapi Turki membantahnya. Menurutnya, yang meninggal tak lebih dari sepertiga jumlah yang disebutkan termasuk yang tewas di situ adalah orang-orang Turki juga.
BBC | CHOIRUL