Sheikh Tantawi yang juga Imam Besar Masjid Agung al-Azhar dan Rektor Universitas al-Azhar wafat dalam usia 81 tahun akibat serangan jantung di Ryadh saat menghadiri upacara pemberian penghargaan.
Almarhum kerap membuat marah kelompok-kelompok Islam garis keras karena melarang kaum perempuan mengenakan cadar termasuk di perguruan yang dipimpinnya.
Menurut pejabat berwenang Mesir, jenazah Sheikh Tantawai akan dibawa ke Madinah untuk disemayamkan di dekat makam Nabi Muhammad selanjutnya dimakamkan di sana.
Seorang penasihat Sheikh mengatakan kepada televisi Mesir, meninggalnya Sheikh Tantawi sangat mengejutkan karena sebelum menuju Arab Saudi nampak sangat baik dan sehat.
Dalam laporannya The Guardian menyebutkan, pada 2008 lalu ulama Suni ini berbicara di depan Pusat Studi Islam Universitas Oxford tentang pentingnya dialog antarperadaban. Pada saat yang sama, ia memancing reaksi keras dari kelompok Islam garis keras, karena melarang kaum Muslimah mengenakan cadar atau menutup wajahnya dengan kerudung.
Pelarangan tersebut disiarkan secara luas tahun lalu melalui berbagai media menyusul perdebatan di pemerintahan Perancis tentang pelarangan bagi Muslimah mengenakan jilbab di sekolah-sekolah pemerintah. Pada 2009, Sheikh Tantawi melarang mahasiswi mengenakan jilbab penuh memasuki kampus al-Azhar.
Sikap moderatnya tak urung mendapatkan kecaman dari berbagai kelompok Islam. Tak ketinggalan Ikhwanul Muslimin menuduhnya antiIslam, "Ulama yang merugikan Islam," kecamnya.
Selain melarang pemakaian cadar, ulama ini mengutuk serangan bunuh diri. "Saya tidak setuju dengan cara-cara memusuhi kelompok yang berbeda peradaban. Mereka mestinya diajak kerjasama bukan dimusuhi," ujarnya dalam sebuah jumpa pers di Kuala Lumpur, 2003.
"Para ekstrimis adalah musuh Islam. Jihad memang diperbolehkan dalam Islam demi membela tanah seseorang dan membantu yang tertindas. Perbedaan antara jihad dalam Islam dan ekstrimisme seperti bumi dan langit," kata Sheikh Tantawi.
BBC | GUARDIAN | CHOIRUL