TEMPO Interaktif, Masvingo - Palang Merah Internasional mendesak untuk pengalangan dana untuk krisis kelaparan yang dihadapi Zimbabwe. Setidaknya 2,8 juta warga Zimbabwe - atau hampir sepertiga dari jumlah penduduknya - membutuhkan bantuan pangan, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat sebagai akibat kekeringan yang meluas.
Melintasi provinsi Masvingo, di pusat negara itu, terlihat pemandangan mengenaskan selain ladang-ladang kering penuh jagung mati. Bahkan ditemukan keluarga dengan empat anak yatim memilih memakan rumput liar yang tumbuh tersisa di halaman rumah mereka.
Ernest Mheti, 17 tahun, merawat dua saudara laki-lakinya, yang berusia sembilan dan tujuh tahun, dan adik perempuannya yang berusia 13 tahun.
Dia mengandalkan tanaman-tanaman yang sudah mulai layu, yang ditanam di samping gundukan tanah yang menandai kuburan orang tuanya. "Saya tidak bisa tidur di malam hari karena tahu mereka menderita dan saya tidak bisa menemukan makanan," ujar Ernest.
Palang Merah telah mendirikan program-program pemberian makan untuk membantu warga yang paling rentan, tetapi karena kekurangan dana sehingga bantuan juga terbatas. Dari salah satu posko bantuan, sekitar 60 anak di bawah usia lima tahun ikut antre untuk mendapatkan sepiring bubur jagung dan kacang-kacangan.
Mereka semua yatim piatu, dan sehari makan dua kali. "Ketika kita tidak memberi makan mereka, mereka hanya mendapatkan air di rumah," ujar koordinator proyek Gumbo Musa.
Palang Merah sedang menghadapi kekurangan dana mencapai US$ 23.9 juta atau Rp 26,6 miliar untuk program-program di Zimbabwe, yang meliputi pangan dan perawatan bagi mereka yang terinfeksi oleh HIV.
Kelaparan berdampak pada upaya untuk menyediakan pengobatan anti-retroviral untuk orang sakit karena obat harus dimakan dalam kondisi perut sudah makan. "Kami telah melihat orang-orang mendapat perawatan standar sehingga obat justru menjadi racun tanpa makanan," ujar Emma Kundishora, sekretaris jenderal Palang Merah Zimbabwe.
AP| SKYNEWS| NUR HARYANTO