TEMPO Interaktif, Oslo - Afrika Selatan, India dan Indonesia berlomba untuk memenangkan jabatan puncak sekretariat perubahan iklim PBB, sebuah pos kunci untuk membangun kepercayaan antara negara miskin dan kaya pada tahun 2010.
Banyak analis memperkirakan calon negara berkembang akan menggantikan Yvo de Boer, seorang warga negara Belanda yang bulan lalu mengatakan akan mengundurkan diri sebagai kepala Sekretariat Perubahan Iklim PBB pada 1 Juli setelah empat tahun yang sangat melelahkan.
"Ini merupakan kabar baik bagi seluruh proses bahwa hal ini menarik calon kuat dari negara-negara berkembang," kata Mark Kenber, Direktur Kebijakan Internasional Climate Group di London.
Afrika Selatan pada hari Senin secara resmi mencalonkan Menteri Pariwisata Marthinus van Schalkwyk, 50, dan mantan menteri lingkungan, untuk jabatan itu. Beberapa pemerintah, lembaga bisnis dan organisasi non-pemerintah telah menyatakan dukungannya.
India baru-baru ini mencalonkan Vijay Sharma, pejabat lingkungan hidup senior, untuk menggantikan de Boer.
Indonesia, yang menjadi tuan rumah perundingan PBB pada tahun 2007 yang meluncurkan pembicaraan mengenai perjanjian iklim yang baru, telah menyatakan minatnya namun belum menyebut calon.
Agus Purnomo, pimpinan negosiator Indonesia di Kopenhagen, mengatakan ada rumor ia mungkin dicalonkan. "Kalau saya punya pilihan saya akan tinggal di Indonesia tetapi jika hal ini diberikan kepada saya sebagai tugas resmi saya akan tertarik," katanya kepada Reuters.
The Jakarta Post juga menyebutkan kandidat termasuk mantan Menteri Luar Negeri Hassan Wirajuda.
REUTERS | EZ