“Ini keputusan yang diambil karena alasan kemanusiaan,” katanya kepada AFP, Jumat (5/3). “Letak kami sangat dekat dengan laut dan saya tidak dapat meninggalkan mereka terkunci dan akhirnya tewas karena tsunami.”
Penjara itu memang letaknya tak jauh dari pusat gempa. Saat gempa mengguncang Cile atap ruang makan rumah kepala penjara bahkan rubuh ke tanah.
“Hati saya hancur melihat kerusakan itu,” kata Fritz yang telah mengabdi sebagai kepala penjara selama 30 tahun. “Kami yang terakhir meninggalkan kota.”
Fritz mengaku berlari ke bukit untuk menyelamatkan diri dari bahaya tsunami setelah melepaskan para tahanan. “Tapi gempa mengguncang mereka dan mereka benar-benar memanjat tembok.”
Menurut Fritz, keputusan itu diambil setelah mendengar peringatan dari pengeras suara kota bahwa akan ada tsunami tak lama setelah gempa. Mereka juga meminta warga menyelamatkan diri.
“Karena itu kami langsung membuka kunci sel dan menyuruh mereka pergi,” tuturnya. Beberapa dari tahanan yang dibebaskan adalah penjahat kelas kakap. Namun dari 103 tahanan, 70 orang di antaranya berhasil ditangkap kembali dengan bantuan polisi. Beberapa di antaranya ditangkap di rumah mereka.
Bahkan sebagian dari 70 tahanan itu menyerahkan diri dengan sukarela ke petugas penjara. Sebab mereka tahu akan ditemukan dan jika melarikan diri akan mendatangkan dampak tidak baik bagi mereka. Namun karena penjara yang dihuni sebelumnya rusak oleh gempa, mereka akhirnya dipindahkan ke penjara daratan.
AFP | STRAITS TIMES | SUNARIAH