Perlakuan istimewa ini berlangsung setelah para pengunjuk rasa anti-Thaksin Shinawatra menguasai Bandar Udara Suvarnabhumi, akhir Desember 2008. Akibatnya, ribuan wisatawan yang hendak ke luar Thailand terjebak di sana. Ribuan lainnya membatalkan rencana lawatan ke Thailand.
Juru bicara pemerintah Thailand, Panitan Wattanayagorn, mengatakan, kebijakan ini untuk mendukung industri wisata negaranya. “Situasinya mulai pulih, namun bisnis di sektor itu masih memerlukan pertolongan,” katanya.
Krisis politik berkepanjangan ini bermula dari kudeta militer tak berdarah pada September 2006, yang menumbangkan Perdana Menteri Thaksin dari kekuasaannya. Sejak itu, unjuk rasa dari aliansi yang dipimpin Partai Demokrat berhasil menggulingkan dua pemerintah pro-Thaksin. Kelompok ini dinamai “gerakan kaus kuning”.
Setelah Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva berkuasa, giliran pendukung Thaksin yang berunjuk rasa. Bahkan kalangan yang dinamani “gerakan kaus merah” ini berencana menggelar demo satu juta orang. Mereka menuntut pemilihan umum baru segera dilangsungkan.
Kisruh politik ini telah menurunkan jumlah turis yang datang tahun lalu menjadi 14,1 juta. Pendapatan merosot ke angka US$ 16 juta. Padahal selama ini sektor wisata menjadi sumber pendapatan utama Negeri Siam.
Menurut juru bicara Kementerian Wisata dan Olahraga, Vachara Kannikar, asuransi US$ 10 ribu mencakup kerugian akibat kerusuhan atau demonstrasi, termasuk kematian, cedera, atau cacat. Para korban juga menerima perawatan gratis di rumah sakit dan ganti rugi US$ 1.000 jika rawat inap lebih dari sepuluh hari.
Wisatawan asing yang tertunda perjalanannya akan memperoleh kompensasi US$ 100 saban hari. Turis dari semua negara juga bebas dari biaya pengurusan visa, yang akan berlaku hingga Maret tahun depan. Vachara memperkirakan stimulus ini akan berlaku seterusnya.
AP | Bangkok Post | Faisal Assegaf