Juru bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Chhum Socheta, mengatakan, tes itu untuk memeriksa apakah roket buatan Rusia tersebut masih dapat digunakan. "Kami telah menyimpan roket-roket itu terlalu lama. Namun senjata itu biasa digunakan selama rezim Khmer Merah," katanya.
Uji coba penembakan roket ini berlangsung di tengah ketegangan yang melanda kedua negara. Krisis memuncak setelah mantan Perdana Menteri Thailand menerima tawaran Hun Sen menjadi penasihat ekonomi negara itu. Kedua pemerintah menarik duta besar masing-masing. Bangkok menuntut pemecatan Thaksin dari jabatannya sebagai syarat memperbaiki kembali hubungan bilateral.
Tentara perbatasan dari kedua negara juga pernah terlibat baku tembak. Ini dipicu klaim atas Kuil Preah Vihear, yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai warisan sejarah dunia.
Hun Sen bulan lalu mengumumkan bahwa latihan militer, termasuk uji coba roket, itu bukan untuk memprovokasi Thailand. "Ini untuk memperkuat kemampuan militer bagi pertahanan nasional," ujarnya.
Thailand menolak berkomentar mengenai tes rudal yang dilakoni Kamboja. "Kami berharap para pejabat militer di sana saling berkomunikasi. Itu prosedur normal," kata juru bicara Perdana Menteri Abhisit Vejjajiva, Panitan Wattanayagorn.
PHNOM PENH POST | FAISAL ASSEGAF