Sementara itu, di tengah pelaksanaan pemilu yang diikuti juga oleh anggota pasukan keamanan, Kamis, lima orang dinyatakan tewas dan 22 lainnya terluka ketika sebuah bom di jalan raya di Bagdad, ibu kota Irak, meledak.
Menanggapi kejadian itu, pemerintah tetap waspada terhadap kejadian-kejadian berdarah dan mengingatkan masyarakat agar hati-hati ketika menuju tempat pemungutan suara.
Pemungutan suara sengaja diperuntukkan lebih dulu untuk pegawai pemerintah dan petugas keamanan, selanjutnya mereka bisa bertugas kembali. Di Bagdad, pemilu diikuti 200 ribu petugas keamanan yang dinas di kota itu. Sementara sebagian lainnya menjaga keamanan Bagdad menyusul serangan bom, Rabu, di kota Baquba yang menewaskan 32 orang.
Selain petugas keamanan, Panitia Pemilu juga memberikan kesempatan kepada petugas rumah sakit, termasuk pasien yang sedang dirawat, serta para narapidana yang menjalani masa hukuman lima tahun untuk memberikan suaranya di tempat-tempat mereka bekerja atau dalam penjara.
Nidhal, perawat di rumah sakit Abid al-Haitman Bagdad, menyatakan ikut pemilu namun tak bersedia menyebutkan nama pilihannya, yang jelas coblosannya tertuju pada nama seorang sekuler seraya menujukkan jarinya yang bernoda tinta sebagai bukti telah mencoblos.
"Dari lubuk hati yang paling dalam, saya berharap pilihan saya akan memenangkan pemilu ini sebab Irak tak bisa diperintah oleh kelompok Islam. Kami membutuhkan penyelamat," ujarnya.
Sekitar 19 juta rakyat Irak, dari 30 juta jumlah penduduk, akan mendatangi 10 ribu tempat pemungutan suara dengan 6200 calon yang memperebutkan 325 kursi di Parlemen. Warga Irak di luar negeri akan diberikan kesempatan mencoblos pada Jumat, di 80 kota di 16 negara. Sementara itu, Komisi Pemilihan Umum Irak mengatakan 1,4 juta rakyat Irak akan mencoblos di luar negeri.
Wartawan Al Jazeera Mike Hanna melaporkan dari Bagdad, pemilihan umum ini sangat penting bagi Irak sekaligus sebagai persiapan penarikan besar-besaran pasukan Amerika Serikat pada 2011.
"Pemilu ini sangat signifikan sebagai proses penarikan pasukan Amerika sejak invasi 2003."
Lebih dari 6000 calon akan bertarung dalam pemilihan umum pertama kali diikuti kelompok Suni sejak invasi Amerika 2003 untuk memperebutkan 325 kursi Parlemen. Lima tahun lalu, kelompok Suni Irak memboikot pemilihan umum legislatif sehingga kursi Parlemen didominasi kelompok Shia dan Kurdi. Kali ini, Suni diharapkan ikut berpartisipasi sebagai bagian dari pemilihan legislatif.
AL JAZEERA | CHOIRUL