TEMPO Interaktif, Jakarta - Pihak Rumah Sakit Erfan dan Bagedo di Jedah, pekan lalu, menerima surat dari Kepolisian Safa yang meminta agar menyerahkan Sariti Haiti, pembantu asal Indonesia yang disiksa kepada majikannya.
"Karena kami mengkhawatirkan korban, kami tempatkan di bangsal psikiatri yang dijaga sepanjang hari. Kami juga memberitahu masyarakat nasional untuk hak asasi manusia, yang mengatakan kepada kami untuk tidak memberikan kepada majikannya," kata dokter Ahmed Erfan.
Dokter Erfan sangat kaget karena Konsulat Indonesia menolak bekerja sama dengan rumah sakit. Pihak rumah sakit akan mengikuti perintah gubernur setempat. "Kami tidak mengkhawatirkan soal tagihan, namun kami sangat prihatin mengenai kesehatan korban," ujarnya.
Pihak Komisi Hak Asasi Manusia menyatakan bakal membahas kasus penyiksaan tersebut dengan pihak-pihak terkait.
Sariti yang tiba di Arab Saudi pada Agustus 2009, mengalami nasib malang. Majikannya kerap menganiaya sejak sebulan bekerja. Sariti mengaku majikannya sering melempar makanan jika ia telat menuntaskan pekerjaan.
Sang majikan juga memaksa mencukur rambut depan Sariti agar tak keluar rumah dan mengancam akan memotong semua rambutnya jika melawan.
Menurut Sariti, dirinya dituduh majikan mencuri perhiasan emas. "Dia menghadapkan saya ke depan anak-anaknya dan mencopot seluruh pakaian saya untuk memeriksa badan saya, apakah saya menyembunyikan perhiasan di balik pakaian," ungkap Sariti.
Majikan, lanjut Sariti, juga pernah menyuruhnya pergi setelah memberi paspor miliknya dengan tujuan agar dirinya dituduh kabur. Makanya ia tidak mau kabur dari rumah majikan karena takut dituduh dan dilaporkan ke polisi.
"Majikan saya juga pernah bilang rasa teh yang saya buat berbeda. Ia menuduh saya mencampur air kencing ke teh. Saya tidak pernah berbuat begitu dan saya katakan itu perbuatan haram. Malah kemudian ia maksa saya agar minum air kencing anak-anaknya di depan mereka," urai Sariti.
Sariti menambahkan, ia juga pernah dipukul kepalanya oleh majikan dengan wajan pada 19 Desember 2009, hingga luka parah. "Saya disuruh menutupi kepala dan menghilangkan bekas darah di lantai. Majikan mengamcam akan memotong tubuh saya kalau saya tidak nurut," ungkapnya.
Sariti mengaku sangat takut dirinya akan dibunuh pada suatu hari nanti. Ia kemudian meloncat dari apartemen majikan untuk menyelamatkan diri dan selanjutnya tidak ingat apa-apa lagi setelah mengetahui penjaga melarang dirinya agar tidak lompat dari apartemen itu.
Arabnews l Basuki Rahmat N