TEMPO Interaktif, Honolulu - Tsunami berlari melintasi seperempat dunia pada hari Sabtu dan meningkatkan kekhawatiran terulangnya korban tewas di Asia pada 2004.
Tsunami hanya sekilas melintasi Amerika dan Pasifik Selatan, namun Jepang bersiap-siap menghadapi pukulan langsung dan gelombang hingga 10 meter. Para ilmuwan khawatir gelombang raksasa bisa memperoleh kekuatan saat mengitari planet dan berkonsolidasi.
Tsunami yang dipicu gempa berskala 8,8 di Chili mengirim gelombang ke utara melintasi Pasifik dengan kecepatan sebuah pesawat jet. Tapi pulau-pulau Pasifik memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan diri karena gempa beberapa ribu mil jauhnya.
Pada saat tsunami menghantam Hawaii - 16 jam setelah gempa - para petugas pagi hari sudah sibuk menyiagakan sirene darurat, peringatan meraung dari pesawat dan memerintahkan warga untuk mengungsi ke tempat lebih tinggi.
Pulau-pulau tersebut kembali normal siang harinya, namun warga mengalami gangguan yang parah dan ketakutan di pagi hari. Pantai-pantai indah hancur, rumah-rumah jutaan dolar dievakasi, toko-toko di Waikiki ditutup, dan penduduk berbaris di supermarket untuk menyimpan makanan dan bahan bakar di pompa bensin.
Warga lainnya memarkir mobil mereka di tempat yang lebih tinggi sambil menonton turbulensi laut, dan seorang yang sedang berselancar diminta pilot helikopter darurat untuk keluar dari laut.
Belum ada laporan kerusakan atau kematian di Amerika atau di pulau-pulau Pasifik, tetapi tsunami menenggelamkan sebuah desa di sebuah pulau di lepas pantai Chili menewaskan sedikitnya lima orang dan 11 hilang.
Gelombang menghantam California, tetapi hampir tidak tercatat di tengah cuaca badai. Sebuah kontes selancar di San Diego tetap berjalan seperti direncanakan.
Meskipun ramai rumor kerusakan signifikan di pantai California, belum ada laporan korban dan kerusakan properti.
Tsunami masih mungkin memperoleh kekuatan lagi saat menunju Jepang, dan hampir 50 negara dan pulau-pulau berada di bawah peringatan tsunami mulai dari Antartika hingga Rusia. Itulah yang terjadi pada tahun 1960, ketika tsunami menewaskan puluhan orang di Hilo, Hawaii, kemudian menewaskan 200 jiwa di Jepang.
Hawaii semula siap untuk menghadapi beban kerusakan, tapi tsunami lebih kecil daripada yang diantisipasi.
"Kami menghindari peluru," kata Gerard Fryer, seorang ahli geofisika pada Pusat Peringatan Tsunami Pasifik di Hawaii.
Tsunami menimbulkan kekhawatiran di Pasifik bisa jatuh korban seperti yang menewaskan 230 ribu orang di Samudera Hindia pada tahun 2004 pagi hari setelah Natal. Selama bencana, hanya sedikit atau tidak ada peringatan dan banyak kebingungan tentang gelombang yang akan menyerang.
Hal sebaliknya, menurut para pejabat, terjadi setelah gempa Chili: Mereka berlebihan memprediksi ukuran ombak dan ancaman.
AP | EZ