Dalam pernyatannya, kepolisian Dubai mengatakan bahwa ke-15 tersangka baru itu bertugas sebagai pemasok logistik dan pemandu. Mereka sudah beradsa di Dubai sejak beberapa bulan silam dan meninggalkan negeri itu beberapa bulan sebelum pembunuhan dilakukan pada 19 Januari 2010.
Para tersangka ini datang dengan paspor yang palsu--atau datanya palsu--dari negara-negara yang tidak perlu menjalani pemeriksaan biometrik. Dubai meminta warga sejumlah negara menjalani pemeriksaan biometrik saat masuk negaranya. Para tersangka menggunakan paspor Irlandia, Inggris, Prancis, dan Australia yang tidak perlu menjalani scan mata.
"Negara-negara sahabat yang membantu penyelidikan telah mengindikasikan kepada kepolisian Dubai bahwa paspor itu dikeluarkan itu diterbitkan secara ilegal dan curang," ungkap pernyataan pemerintah Dubai. Yang jelas, menerut pemerintah Dubai, foto-foto yang dipaspor tersangka berbeda dengan foto nama orang yang tertera dalam paspor asli.
Menurut Dubai, para tersangka ini tiba di negeri mereka dari kota-kota seperti Zurich, Paris, Roma, Milan, dan Hong Kong. "Ini usaha penyamaran dan penipuan tingkat tinggi dan untuk memastikan gerakan mereka diamati oleh aparat keamanan," ungkap Dubai.
Begitu mereka selesai bertugas, para tersangka ini meninggalkan Dubai ke segala penjuru, termasuk dua diantaranya meninggalkan Dubai menuju Iran.
Para tersangka baru ini membayar bank dan penerbangan dengan kartu kredit. Nah, setidaknya 13 kartu kredit yang dipakai itu diterbitkan oleh satu bank kecil di Amerika Serikat.
Selain Mossad, Dubai sudah menahan dua orang Palestina. Dubai curiga bahwa dua orang Palestina ini memberi informasi kepada Mossad jadwal perjalanan Mabhouh.
AP/HAARETZ/NURKHOIRI