TEMPO Interaktif, Kairo - Raja Mesir yang terkenal Tutankhamun ternyata menderita dalam hidupnya. Berbagai masalah kesehatan mengganggunya dan akhirnya meninggal karena malaria.
Dalam sebuah penelitian mengenai mumi Raja Mesir itu menyebutkan, penguasa muda itu memiliki sumbing di langit-langit mulut, dan meninggal setelah komplikasi dari patah kaki hingga yang memperburuk kondisinya oleh malaria otak.
Itu sebabnya, sebelumnya pernah diperkirakan bahwa dia dibunuh karena ada lubang di tengkorak. Namun para peneliti menemukan bagian ini dari proses mumifikasi. Setelah dua tahun tes DNA dan melewati CT scan pada 16 mumi telah meninggalkan temuan-temuan yang kemudian dipublikasikan dalam Journal of the American Medical Association.
Para peneliti juga percaya bahwa mereka telah menemukan pohon keluarga meski belum jelas pakah itu keluarga Tut. Mereka mengatakan, ayahnya adalah paling mungkin Akhenaten, atau dikenal Firaun yang mencoba melakukan revolusi agama Mesir kuno untuk menyembah satu dewa, dan ibunya adalah salah satu saudara Akhenaten.
Tut, yang menjadi firaun pada usia 10 tahun pada 1333 SM, memerintah selama sembilan tahun hanya pada waktu yang sangat penting dalam sejarah Mesir. Meskipun ia adalah seorang raja yang relatif kecil, penemuan pada tahun 1922 dari makam dan artefak yang menakjubkan, membuatnya terkenal di seluruh dunia.
Studi juga menyangkal spekulasi bahwa Tutankhamun dan anggota keluarganya menderita kelainan yang langka hingga memberikan atribut feminin. Teori muncul dari gaya artistik dan patung-patung dari periode itu, yang menunjukkan pria kerajaan pria dengan payudara menonjol, kepala yang memanjang dan pinggul melebar.
AP| SKYNEWS| NUR HARYANTO