Mottaki, hari ini (17/2) bersikukuh bahwa pihaknya telah menerima sebuah surat, yang berisi penawaran baru dalam penyelesaian masalah fasilitas nuklir itu. Sebelumnya, pada Senin (15/2) Amerika Serikat, Perancis, dan Rusia menyatakan tidak pernah mengirim surat apapun seputar masalah nuklir Iran.
Sebelum ketiga negara besar tersebut menyatakan penyangkalannya, Kepala Agen Energi Atom Iran (IAEA), Ali Akbar Salehi menyatakan bahwa pihaknya telah menerima surat dari ketiga negara itu.
Disela pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Duvotoglu hari ini, Mottaki menyatakan kegeramannya. Dia lantas menghardik Sekretaris Negara Amerika Serikat, Hillary Clinton karena menganggap pihaknya telah memberi kesan bahwa Teheran (ibukota Iran) adalah kumpulan diktator militer, karena menyangkal adanya surat ke IAEA tersebut.
Padahal faktanya, menurut Mottaki merujuk pada isi surat tersebut, negara Barat-lah yang menginginkan adanya negosiasi baru. Masalah diperkeruh ketika Ahmadinejad secara terpisah kepada wartawan hari ini mengugnkapkan pernyataan bernada ancaman.
"Jika ada yang ingin cari masalah dengan Iran, respon kita tak lagi seperti sebelumnya. Pastinya akan ada yang menyesal," tegasnya.
Selanjutnya, Ahmadinejad mengisyaratkan bahwa hingga kini belum ada kesepakatan negosiasi masalah nuklir, antara negaranya dengan pihak barat dan PBB. Teheran pun masih berupaya agar pengayaan uranium negaranya naik 20 persen.
Sementara, analis Pusat Studi Negara Arab dan Iran, Ali Nourizabeth optimistis pihak Turki dapat membujuk Iran untuk menerima saran-saran atas masalah nuklir tersebut.
"Saya kira Turki bisa meyakinkan Iran. Turki akan memaparkan soal kesaksiannya di Qatar, soal pembicaraan Ibu Clinton dengan pemerintah Qatar dan Arab Saudi," ungkap Ali.
Amerika, menurutnya, meminta Qatar dan Arab Saudi agar tidak lagi bergantung pengadaan uranium pada Iran, dan berpindah ke Cina. Saat ini Cina bersedia dengan usulan Amerika tersebut.
VOA | ANGIOLA HARRY