Sementara itu, pemerintah Yaman saat ini masih meladeni perlawan bersenjata al-Qaida dan kaum sparatis di Selatan. Namun perdamaian dengan kelompok Shia di Utara tetap berlanjut dengan cara saling tukar proposal untuk mengakhiri konflik.
"Kami memutuskan menghentikan operasi militer di kawasan Utara mulai malam ini," kata pejabat pemerintah yang dikutip media televisi pemerintah.
Baca Juga:
"Pertumpahan darah harus dihentikan dan kami lebih mengutakan perdamaian di Utara serta mengembalikan kehidupan normal bagi masyarakat di sana," tambahnya.
Para pemimpin pemberontak yang kerap komplain soal layanan sosial, diskriminasi ekonomi dan agama kepada pemerintah memerintahkan kepada pendukungnya untuk menghormati gencatan senjata yang telah disepakati.
"Pemimpin pemberontak Abdel-Malik Badreddin al-Houthi menginstruksikan kepada seluruh fron dan benteng-benteng pertahanan menghentikan tembakan bertepatan dengan saat gencatan senjata diumumkan pemerintah," jelas seorang pemberontak.
Para pejabat Yaman mengatakan, sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata, Sanaa akan memberikan kesempatan kepada wakil-wakil pemberontak duduk di sebuah komite yang mengawasi gencatan senjata. Sebaliknya, pemberontak akan menyerahkan senjata mereka kepada Yaman dan pasukan Saudi.
"Saya optimis, Houthi menghormati gencatan senjata yang disepakati," kata seorang pejabat senior Yaman.
Dalam pada itu, para pemberontak meminta pemerintah membuka jalan-jalan dan membebaskan para serdadu dan masyarakat sipil yang ditahan Yaman dan Saudi. Sedangkan pemerintah Yaman juga meminta mengembalikan militernya yang ditangkap dan melucuti sipil bersenjata serta meninggalkan politik lokal dan menghentikan permusuhan dengan Arab Saudi di perbatasan.
REUTERS | CHOIRUL