TEMPO Interaktif, Shanghai - Seorang aktivis Cina yang menghabiskan lebih dari tiga bulan berkemah di bandara internasional Tokyo sebagai bagian dari protes karena dilarang masuk pulang ke negaranya, memutuskan pulang. Tentu saja dengan catatan pemerintah Cina akan membiarkan dia masuk
Feng Zhenghu berencana pulang dengan penerbangan pertama dari Bandar Udara Internasional Narita, tempat ia berkemah sejak awal November hingga minggu lalu untuk memprotes Cina yang menolaknya pulang.
Sejak Juni, sudah delapan kali pihak berwenang Cina menolak Feng, yang telah membuat marah pemerintah dengan mendukung protes mahasiswa dan menuduh pihak berwenang setempat membuat kesalahan. Kali ini, katanya, ia merasa yakin ia akan diizinkan masuk.
"Jika ditolak lagi, saya akan kembali ke Jepang dan melanjutkan protes untuk mengajukan hak saya untuk bisa pulang ke rumah," kata Feng dalam sebuah wawancara telepon dari Tokyo. Dia berbicara dengan penuh semangat dan ini menghabiskan Tahun Baru Imlek, hari libur terbesar Cina, dengan keluarganya. "Saya pikir permintaan ini masuk akal. Mereka tidak boleh begitu jahat untuk mencegah saya pulang," katanya.
Penolakan Feng, yang berusia 55 tahun mencerminkan penolakan pemerintah Cina terhadap perbedaan pendapat publik. Banyak aktivis telah dijatuhi hukuman penjara karena protes tanpa kekerasan.
Feng adalah seorang penulis pembangkang dan aktivis hak asasi manusia. Feng dipenjara pada tahun 2000-2003. Sempat, ditahan selama beberapa minggu di awal 2009, Feng mengatakan ia telah dimonitor dan dilecehkan oleh pihak yang berwenang karena mendukung penduduk Shanghai meminta ganti rugi dalam perselisihan dengan pemerintah setempat maslaah properti.
Feng meninggalkan Cina pada bulan April dan berusaha kembali ke rumah pada bulan Juni. Usaha terakhir membawanya ke bandara Pudong Shanghai, di mana para pejabat Cina memaksanya untuk kembali naik pesawat ke Tokyo.
Meskipun memegang paspor Cina yang valid dan visa untuk memasuki Jepang, Feng menolak untuk melewati imigrasi kontrol sebagai protes terhadap pemerintah Cina. Dia menggunakan sebuah laptop dan ponsel untuk berbicara dengan pendukung dan posting di blog dan situs jaringan sosial seperti Twitter.
Ia masih bertahan dengan makanan dan pakaian yang disediakan oleh wisatawan yang melewatinya setiap hari dan menggunakan wastafel kamar kecil untuk mandi dan mencuci.
Pejabat Cina yang bertemu dengan Feng di Bandara Narita pada akhir Januari, mengatakan dia telah diizinkan untuk pulang. Dia sempat meninggalkan bandara untuk menghabiskan waktu bersama kerabatnya di Jepang, di mana anak laki-lakinya adalah seorang mahasiswa.
Menanggapi kasus Feng, Wali Kota Shanghai Han Zheng hanya mengatakan bahwa semua yang memasuki negara Cinaitu harus mematuhi undang-undang dan peraturan Cina.
AP| NUR HARYANTO