Para pelaku diduga menggunakan metode baru untuk menghindar dari detekesi pasukan keamanan, misalnya dengan cara melilitkan bom tersebut di mesin dan rangka kendaraan.
Taktik tersebut pekan lalu pernah disampaikan oleh komandan milter AS di Irak, Jenderal Raymond Odierno dua hari setelah peledakan bom mobil yang menghantam tiga hotel di Bagdad menyebabkan 63 orang tewas.
Pejabat AS dan Irak mensinyalir sejumlah ledakan bom bunuh diri yang terjadi akhir-kahir ini dilakukan oleh kelompok yang berafiliasi kepada al-Qaidah untuk mengacaukan pemilihan umum parlemen, 7 Maret, mendatang. Selain itu mereka juga mengritik adanya rencana rekonsiliasi antara mayoritas Shia dengan Sunni yang telah kehilangan kekuasaan pascahancurnya kekuasaan Saddam Hussein.
Para peziarah Shia menjadi sasaran empuk ledakan bom karena para pelaku dengan mudah berbaur dengan mereka baik di jalan-jalan maupun di tempat-tempat suci Shia lainnya.
Pekan ini ribuan kaum Shia melakukan perjalanan ke Karbala, sebelah utara Irak, untuk menghadiri 40 hari berakhirnya peringatan meninggalnya cucu Nabi Muhammad, Imam Hussein, seorang yang sangat dihormati di kalangan Shia.
Sebelumnya, pasukan keamanan berjanji melindungi para peziarah dengan meningkatkan patroli dan pemeriksaan dipos penjagan. Namun, Senin, mereka kecolongan dengan meledaknya bom, hal ini sebagai tantangan yang dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri.
Menurut Mayor Jenderal Qassim al-Moussawi, juru bicara militer Bagdad, saat meledakkan bom pelaku mengenakan abaya, jubah hitam mulai dari atas hingga ke bawah. Dia bergabung dengan kelompok peziarah lainnya di luar kota Bagdad yang didominasi kaum Shia.
Ketika bom meledak, nampak bola api membumbung tinggi. Seorang saksi mata Raheem Kadhom, 35 tahuh, mengatakan: "Jalanan tertutup darah, banyak orang berteriak minta tolong. Spanduk-spanduk penuh darah."
Ledakan itu begitu kuat sehingga banyak orang yang terlempar ke atas. Sandal dan sepatu, tambahnya, berserakan kemana-mana. Sebelum ambulans datang, para korban ledakan dilarikan mobil ke rumah sakit.
Pejabat kepolisian mengatakan, 54 orang terdiri dari 18 perempuan dan 12 anak-anak tewas sementara 117 lainnya terluka. Seorang petugas rumah sakit yang tak mau disebutkan namanya saat dikonfirmasi tak bersedia menjelaskan musabab ledakan itu sebab mereka dilarang pejabat keamanan bicara dengan media.
AP | CHOIRUL