TEMPO Interaktif, Port-Au-Prince - Lebih dari 150.000 korban gempa telah dikuburkan oleh pemerintah Haiti. Jumlah itu tidak masuk mereka yang masih di bawah puing-puing, dibawa oleh kerabat atau tewas di wilayah terpencil.
"Tidak ada yang tahu berapa banyak mayat yang terkubur di bawah reruntuhan - 200.000? 300.000? Siapa yang tahu jumlah korban secara keseluruhan?" kata Menteri Komunikasi Jocelyn Marie-Laurence Lassegue.
Sementara itu, pekerja bantuan dari pasukan mancanegara menyerahkan lebih banyak makanan ke warga, meski mengakui bantuan kurang. "Kami berharap kita bisa berbuat lebih banyak, lebih cepat," kata Kepala Program Pangan Dunia PBB Josette Sheeran yang mengunjungi Port-au-Prince.
Di perkampungan kumuh Cite Soleil, tentara AS dan pasukan penjaga perdamaian PBB asal Brasil mendistribusikan makanan. Lunie Marcelin, 57, mengatakan bantuan itu akan membantu dirinya dan enam anak yang sudah dewasa. "Tapi itu tidak cukup. Kami perlu lebih banyak."
Namun, gempa susulan lain, salah satu dari lebih 50 gempa sejak gempa besar 12 Januari, menggoyang Port-au-Prince pada hari Minggu, dengan skala gempa 4,7, kata Survei Geological AS. Tidak ada laporan kerusakan lebih lanjut.
Pemerintah Haiti mendesak sekitar 600 ribu warga yang kehilangan tempat tinggal, dan berada di area terbuka Port-au-Prince, sebuah kota dengan 2 juta warga, untuk mencari tempat perlindungan yang lebih baik bersama kerabat atau orang lain di pedesaan. Sekitar 200 ribu warga diyakini telah melakukannya, sebagian besar memanfaatkan transportasi gratis dari pemerintah.
Pakar internasional mencari lokasi untuk mendirikan kota tenda untuk pengungsi gempa di pinggiran ibukota, tetapi solusi jangka pendek itu masih menunggu berminggu-minggu lagi, kata International Organization for Migration, sebuah badan antar pemerintah.
AP | ERWIN Z