TEMPO Interaktif, Port-Au-Prince – Korban gempa di Haiti sudah mulai putus asa. Masih sedikit bantuan internasional yang menyasar sampai korban, sehingga penjarahan mulai terjadi.
Sementara bau busuk kematian dari mayat-mayat yang bergelimpangan di jalan-jalan di ibukota Port-au-Prince mulai menyengat. Sebagaian warga hanya bisa tidur malam di tempat terbuka. Trauma akibat gempa susulan masih mereka rasakan setelah gempa bumi Selasa, lalu.
Meskipun operasi bantuan besar-besaran, namun tidak ada tanda-tanda alat angkat berat yang bekerja di antara puing-puing ton. Bahkan sebagian bahan makanan yang sangat dibutuhkan masih tertahan di bandara internasional.
Pejabat Haiti memperingatkan jumlah korban keseluruhan mungkin lebih dari 100.000 dan mengatakan tiga juta orang bisa saja terkena dampak gempa kuat yang merobek negara termiskin di Amerika ini. "Jika bantuan internasional tidak datang, situasi akan memburuk dengan cepat. Kita perlu air dan makanan mendesak," kata Lucille, warga Haiti yang selamat.
Tembakan sporadis terdengar, dan saksi mengatakan sudah ada beberapa penjarahan di sebuah kota yang telah melihat pertumpahan darah dan kekerasan. "Perbanyak dokter, kurangi wartawan," seorang lelaki berteriak marah, sambil mengepalkan tinju ke arah kru media asing.
Tim penyelamat yang terdiri dari 260 orang telah tiba dan 30 negara telah berjanji akan mengirim bantuan. Cina, Prancis, Islandia, Amerika Serikat dan Venezuela adalah di antara mereka yang timnya sudah berada di lapangan. Sedangkan Washington mengirim kapal, helikopter, pesawat, tim penyelamat, rumah sakit terapung dan lebih dari 5.000 tentara.
AP| REUTERS| NUR HARYANTO