TEMPO Interaktif, Port-Au-Prince – Dokter, anjing pencari, tentara dan tim penyelamat bekerja keras mencari korban tewas atau yang masih hidup di reruntuhan gedung. Di berbagai jalan masih ditemukan kemacetan di mana-mana. Sedangi dari bandara utama kekurangan bahan bakar untuk pesawat dan tanpa menara kontrol.
Palang Merah internasional memperkirakan ada 45.000 sampai 50.000 orang tewas dalam gempa dahsyat hari Selasa waktu setempat, yang didasarkan dari informasi Palang Merah Haiti dan pejabat pemerintah. Korban membutuhkan makanan dan air. "Orang-orang berjuang mencari air," ujar Fevil, pekerja bantuan sambil mendistribusikan air dari sebuah truk di utara Port-au-Prince.
Tim Penyelamat dari Virginia, Cina, dan beberapa tim penyelamat telah turun untuk bekerja, menyusuri reruntuhan untuk selamat. Salah satu "keajaiban kecil," saat tim pencari menemukan penjaga keamanan masih hidup di bawah lantai beton yang runtuh di markas penjaga perdamaian PBB, di mana mayat bergelimpangan.
Di Washington, Presiden Barack Obama mengumumkan "salah satu upaya bantuan terbesar dalam sejarah," dimulai dengan US$ 100 juta atau hampir Rp 1 Triliun. Sebanyak 800 pasukan payung dari Divisi Airborne ke-82 disebarkan ke Haiti dari North Carolina, yang akan diikuti oleh lebih dari 2.000 marinir.
Dari Eropa, Asia dan Amerika, pemerintah daerah lain, PBB dan kelompok-kelompok bantuan swasta planeloads mengirimkan biskuit dan makanan lainnya, tenda, selimut, peralatan pemurnian air, alat berat untuk memindahkan puing-puing, helikopter dan transportasi lainnya, dan tim dari ratusan pencarian dan penyelamatan, medis dan spesialis lain.
AP| NUR HARYANTO