TEMPO Interaktif, London - Ledakan bom di sebuah desa di sebelah selatan Afganistan menewaskan seorang marinir AS dan koresponden veteran perang Inggris, demikian keterangan pejabat setempat.
Dengan kematian jurnalis yang bekerja untuk Sunday Mirror ini, Rupert Hamer merupakan wartawan ke 18 yang tewas di Afganistan sejak invasi pasukan asing pimpinan Amerka Serikat, 11 September 2001.
"Kejadian itu sangat tragis," kata mantan komandan pasukan Inggris, Kolonel Richard Kemp kepada televisi Sky News.
"Jurnalis dan wartawan lainnya bersama pasukan kami melakukan tugas yang sama di Afganistan dan Irak. Kenyataannya, mereka mengambil resiko yang sama dengan pasukan kami," tambahnya.
Hamer, 39 tahun, dan juru foto Philip Coburn, 43 tahun, ikut serta dalam operasi militer yang dilakukan pasukan AS, Sabtu (9/1), ketika kendaraan yang ditumpangi menghantam ranjau bom tak jauh dari desa Nawa di Helmand. Hal itu disampaikan oleh Menteri Pertahanan, Ahad (10/1) kemarin..
Dalam peristiwa itu, jelasnya, seorang marinis AS dan serdadu Afganistan juga tewas. Sementara Coburn luka serius namun kondisinya stabil. Perdana Menteri Inggris Gordon Brwon menyampaikan rasa duka mendalam atas persitiwa itu. "Dari hati yang paling dalam dan simpati, saya sampaikan kepada keluarga, sahabat, serta para kolega Rpert dan Philip," ujarnya.
Tahun lalu, persitiwa yang sama menimpa jurnalis Kanada. Michelle Lang bekerja untuk koran Calgary Herald tewas saat mengikuti operaasi militer yang digelar pasukan Kanada di Afganistan. Selain dia, penerjemah Afganistan untuk The New York Times, Sultan Munadi meregang nyawa dalam operasi penyelamaran, September 2009.
AP | ALJAZEERA | CHOIRUL