TEMPO Interaktif, Peshawar - Sebuah bom bunuh diri menewaskan tiga orang dan melukai 17 orang lainnya di luar sebuah klub pers di barat laut Peshawar. Kota ini menjadi tempat berbahaya bagi wartawan yang meliput pemberontakan Pakistan yang dipimpin Taliban.
Kelompok militan telah mengancam, menyerang dan membunuh wartawan dalam upaya untuk mencegah laporan yang mereka anggap kritis terhadap Taliban. Wartawan juga mengatakan bahwa mereka menghadapi tekanan pemerintah yang berusaha untuk mempengaruhi liputan berita.
Kombinasi ini telah membuat Pakistan salah satu lingkungan yang paling berbahaya untuk bekerja, bersaing dengan daerah-daerah konflik seperti Irak dan Somalia, menurut pengawas media.
“Seorang wanita yang berada di lokasi meninggal karena serangan jantung karena terkejut dengan suara bom itu,” kata Dr Sahib Gul di rumah sakit di Peshawar. Sedangkan 17 orang lainnya luka-luka, termasuk seorang fotografer luka ringan terkena pecahan peluru. “Banyak orang yang terluka berada di sebuah bus yang sedang melewati pers klub,” kata Gul.
"Wartawan telah memainkan peran penting dalam perang dengan mengekspos teroris, sehingga mereka masuk daftar target selain masjid, pasar dan lembaga-lembaga keamanan," kata Mian Iftikhar Hussain, menteri informasi untuk Provinsi North West Frontier, yang Peshawar adalah modal.
Empat wartawan telah tewas di Pakistan pada 2009 dan lima tahun sebelumnya, menurut Committee to Protect Journalists. Paling sedikit 45 wartawan tewas di Pakistan sejak tahun 2001.
AP| NUR HARYANTO