"Memang banyak gurita yang memanfaatkan benda asing untuk berlindung. Tapi gurita Amphioctopus ini luar biasa, dia tidak hanya menjadikan batok kelapa sebagai tempat berlindung, tapi juga tempat tinggalnya!" ungkap seorang kurator di Museum Victoria, Mark Norman.
Menurutnya, jika gurita pada umumnya menemukan batok kelapa, maka batok itu hanya dimanfaatkan untuk tidur atau berlindung saja. Setelah gurita keluar dari batok kelapa, mereka pun mencari benda lain untuk berlindung atau tidur, dan seterusnya.
Sementara gurita Amphioctopus mampu membangun tempat tinggalnya permanen. "Biasanya dia manfaatkan batok kelapa. Uniknya batok kelapa itu dirakit sehingga menjadi tempat yang nyaman buat dia tinggal," papar Norman. "Tak hanya itu, jika lingkungannya sudah tidak nyaman, dia membawa batok kelapa yang sudah dirakit itu ke tempat yang baru. Ini cerdas."
Bersama kurator lainnya, Julian Finn, penelitian tentang perilaku gurita Amphioctopus itu dilakukan Norman di perairan Indonesia Timur selama 500 jam. Pekan lalu Norman dan Finn akhirnya mengumumkan hasil riset yang mengejutkannya itu di media massa Australia.
Mereka mengamati bagaimana gurita Amphioctopus menggali dua batok kelapa yang tertimbun di dasar laut. Kedua batok kelapa itu disemprot dengan semburan cairan yang dikeluarkan dari mulutnya hingga bersih. Norman dan Finn sangat kagum saat gurita itu memasangkan dua batok kelapa itu sebagai alas dan tutup.
"Jadi dia sengaja mencari sepasang batok kelapa. Satu diletakkan dibawah seperti mangkuk untuk tempat duduk, yang satu lagi diletakkan diatas kepalanya sebagai tutup, kemudian dia istirahat," kata Finn.
Menurutnya, hewan yang mampu merakit, menyusun, atau menggunakan benda asing untuk mendukung kebutuhan hidupnya memerlukan inteligensia yang cukup rumit. Gurita Amphioctopus ternyata memiliki kemampuan sedikit mendekati kemampuan manusia.
DIGITALJOURNAL.COM/ANGIOLA HARRY