TEMPO Interaktif, Jakarta - Staf khusus presiden Dino Pati Djalal di pesawat kepresidenan sesaat sebelum take off kembali ke Jakarta memberikan keterangan pers. Katanya, setelah dua working group yang menghimpun 162 peserta KTT Perubahan Iklim, Pemerintah Denmark dan Sekjen PBB Ban Ki Moon membentuk kelompok 26.
"Kelompok ini merupakan representasi dari negara-negara peserta KTT 26 negara itu yang terbesar emisi di dunia. Indonesia masuk di dalamnya. Dalam kelompok ini dibahas sejumlah isu dan pagi tadi berhasil mencapai kesepakatan."
Tapi draf 26 negara ini, lanjut Dino, ditolak oleh plenary. Di plenary justru yang menolak adalah negara kecil seperti Venezuela, Sudan, Bolivia, Nikaragua. Poin dari kelompok 26 di antaranya soal MRV, monitor, record dan verifikasi. Proposal Indonesia tentang bantuan juga disetujui.
Akhirnya KTT tak berhasil mencapai kesepakatan apa-apa hingga Presiden Yudhoyono meninggalkan Denmark. Yang masih ditunggu adalah miracle yakni jika ada hasil lobi-lobi yang hingga sekarang masih berlangsung.
Sistem plenary memang lemah karena harus konsensus, jadi kalau ada satu saja yg nggak setuju akan gagal. Negara kecil, negara kepulauan, hampir menangis karena marah terhadap negara yang menolak rekomendasi Tim 26. "Kalian tidak punya hati, kata mereka," seperti dikutip Dino.
Sumber Tempo di Tim Indonesia menduga negara yang menolak karena secara ideologis tak setuju dengan sistem dunia seperti Venezuela. Bisa juga karena ada intervensi negara besar kepada mereka kata sumber itu.
ARIF ZULKIFLI (KOPENHAGEN)