TEMPO Interaktif,Kopenhagen - Perdana Menteri Cina Wen Jiabao mengutip pepatah Timur dan Barat pada pidatonya di depan Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim di Kopenhagen. “Seribu mile perjalanan dimulai dengan langkah pertama,” kata Jiabao. Dia kemudian mengutip peribahasa dari Barat. “Roma tidak dibangun dalam satu hari.”
Jiabao yang memberi judul pidatonya ‘Membangun Konsensus dan Memperkuat Kerjasama untuk Mempercepat Proses Bersejarah dalam Melawan Perubahan Iklim’ berpidato pada Jumat (18/12) pagi waktu Denmark. Pepatah yang disampaikan itu merujuk gagalnya negara-negara maju menyepakati target pengurangan emisi pada komitmen periode pertama tahun 2012 dari Protokol Kyoto.
Oleh karena itu dia meminta negara-negara maju tidak terfokus untuk membuat janji jangka panjang. Dia mengusulkan ada target yang praktis dan segera untuk mengurangi emisi karbon bagi negara-negara maju yang biasa disebut negara Annex I. “Satu tindakan jauh bermakna ketimbang belasan program,” kata Jiabao.
Dia mengingatkan bahwa sejak Revolusi Industri 200 tahun lalu, negara-negara maju menyumbang 80 persen total gas karbon dioksida di atmosfer. Gas ini merupakan salah satu gas-gas rumah kaca yang
membuat pemanasan global yang berimplikasi pada perubahan iklim. Oleh karena itu dia ingin semua pihak menegakkan aturan atau kesepakatan yang adil.
Antara tahun 1990 sampai 2005, kata Jiabao, emisi per unit dari GDP Cina turun 46 persen. Cina membuat target baru memangkas emisi karbon dioksida per unit GDP menjadi 40-45% pada tahun 2020 dari level 2005. Menurutnya, target ini merupakan tindakan sukarela Cina yang tidak terikat dengan target pengurangan emisi negara lain.
Amerika Serikat yang menolak Protokol Kyoto selama ini berdalih bahwa pengurangan emisi juga harus dilakukan negara-negara berkembang seperti Cina dan India. Negara adi daya ini melihat bahwa pertumbuhan ekonomi kedua negara itu jauh pesat dan penyumbang emisi karbon dioksida ke atmosfer. Pertentangan antara Amerika Serikat di satu sisi dengan Cina dan India pada sisi lain, menjadi salah satu batu sandungan kegagalan konferensi perubahan iklim.
UNTUNG WIDYANTO [KOPENHAGEN]