TEMPO Interaktif, Cina menolak permintaan Amerika Serikat dan Uni Eropa membebaskan aktivis politik Liu Xiaobo. Permintaan itu dianggap intervensi urusan dalam negeri.
Liu didakwa oleh pemerintah Cina telah melakukan kegiatan subversi dan menyeruhkan reformasi politik di Cina.
Sikap keras pemerintah Cina ini mendapatkan perhatian dari Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Untuk itu, kedua negara meminta Cina membebaskan Liu dan mengakhiri kekerasan terhadap sejumlah warganya yang menandatangani gerakan prodemokrasi "Charter 08."
Menanggapi permintaan Amerika Serikat dan Uni Eropa, Menteri Luar Negeri Cina mengatakan bahwa permintaan pembebasan tahanan merupakan campur tangan urusan dalam negeri Cina.
Setelah setahun ditahan, pengacara Liu, pekan lalu, menjelaskan bawha klienya akan dituntut oleh jaksa dengan pasal percobaan subversi terhadap kekuasaan negara.
Liu ditahan sejak Desember 2008 usai menulis "Charter 08" berisi petisi seruan agar pemerintah Cina melakukan reformasi politik secara radikal, termasuk perubahan demokrasi dan hak asasi manusia.
Atas kegiatan tersebut, Liu akan dijebloskan ke penjara selama 15 tahun.
Senin kemarin, Amerika Serikat dan Uni Eropa meminta Cina membebaskan Liu dan mengakhiri kekerasan terhadap warga negaranya yang melakukan seruan reformasi politik.
"Itu fitnah yang tidak bisa diterima Cina," ujar juru bicara kementerian luar negeri Jiang Yu kepada wartawan yang rutin mendapatkan pengarahan berita.
Dia tambahkan, hak-hak warga negara Cina adalah dijamin oleh undang-undang.
"Saya ingin tekankan kepada warga negara Cina bahwa lembaga hukum di sini sangat independen, tidak ada intervensi dari luar. Kami sangat menentang penggunaan kekuatan luar untuk ikut campur tangan dalam urusan dalam negeri Cina."
Lebih dari 300 akademisi dan kaum intelektual di Cina menandatangani "Charter 08" dan menujukkan solidaritasnya terhadap penahanan Liu. Salah seorang yang teken, Xu Youyu mengatakan kepada BBC, "Jika Liu dinyatakan bersalah maka seharusnya kami juga."
Liau adalah seorang penulis dan mantan guru besar universitas yang waktunya habis ketika menjadi pemimpin gerakan demokrasi di Lapangan Tiananmen 1989. Akibat ulahnya, dia beberapa kali ditahan termasuk menjadi tahanan rumah.
Dia masih melanjutkan kegiatan menulis dan diterbitkan di internet berisi seruan demokrasi pluralisme di Cina.
BBC | CHOIRUL