Para pemrotes yang dipimpin oleh sejumlah mahasiswa, menolak hasil pemilihan umum ulang yang dimenangkan oleh Presiden Mahmoud Ahmadinejad beberapa waktu lalu. Mereka juga menginginkan kebebasan akademik.
Selain membubarkan para demonstran dengan kekerasan, pemerintah Iran juga melakukan pelarangan terhadap jurnalis asing yang meliput demonstrasi serta menutup jaringan telepon dan internet.
Koresponden BBC, Jon Leyne, melaporkan bahwa gerakan demonstrasi besar-besaran ini dikendalikan oleh kelompok oposisi pemerintah. Leyne menambahkan, sejak pengumuman kemenangannya enam bulan lalu, Presiden Ahmadinejad merasa frustasi karena terus menerus diguncang protes.
Penolakan hasil pemilihan umum di jalanan ini merupakan peristiwa terbesar sejak Revolusi Islam 1979, yang menyebabkan ribuan orang ditahan dan lusinan lainnya tewas. Pemerintah, kemudian, membungkam para demonstran. Mereka akan diancam hukuman berat jika terus melanjutkan aksinya.
Di salah satu universitas, para mahasiswa menurunkan poster Presiden Ahmadinejad dan menginjak-injak. Untuk menjinakkan pemrotes, pemerintah menurunkan polisi dan milisi Basji mendatangai berbagai universitas di Iran. Tak urung, kedatangan mereka disambut bentrok dengan mahasiswa di pintu gerbang Universitas Teheran dan perguruan tinggi lainnya.
Dalam aksinya, para pemrotes yang didukung olek kelompok oposisi, mereka mengenakan sal hijau dan tutup muka meneriakkan yel-yel "Matilah Diktator!". Warna hijau dianggap sebagai simbol gerakan reformasi.
Kantor berita Iran, Irna, menyebutkan, "Para perusuh di jalan-jalan sekitar Universitas Teheran telah mengekspoltasi Hari Mahasiswa dan melawan hukum yang berlaku."
Pascademonstrasi, lusinan orang dijebloskan ke penjara, lima di antaranya dijatuhi hukuman mati.
Akihr pekan lalu, sebanyak 20 orang dari kelompok perempuan ditahan. Mereka secara berkala melakukan protes terhadap pemerintah. Di antara pemrotes terdapat seorang ibu yang mempertanyakan anak laki-laki dan perempuannya yang tewas akibat jadi korban kerusuhan pascapemilihan umum presiden. Namun, selanjutnya ibu ini dibebaskan.
Senin kemarin, mantan calon presiden Mir Hossein yang mengaku dari kelompok reformis, menyatakan bahwa gerakan protes menentang rezim akan berlangsung terus. Dalam pernyataan di situsnya, dia mengingatkan penguasa, "Pertempuran dengan bayang-bayang terjadi di jalanan!"
BBC | CHOIRUL