TEMPO Interaktif, Jakarta - Penduduk Kota Bhopal, India, memperingati 25 tahun tragedi kebocoran gas yang menewaskan ribuan orang dan menyebabkan ribuan lainnya menderita berbagai penyakit.
Insiden yang terjadi di pagi buta, 3 Desember 1984 lalu, merupakan peristiwa terburuk dalam sejarah industri.
Sebanyak 40 ton gas beracun bocor dari tabung perusahaan kimia milik perusahaan Amerika Serikat, Union Carbide yang berdiri di perkampungan miskin.
Efek dari gas beracun tersebut, menurut para penentang pabrik, hingga kini masih dirasakan oleh penduduk setempat.
Peringatan seperempat abad tragedi Bhopal diperingati selama seminggu. Sejak Rabu kemarin, mereka berkumpul di lapangan sambil membawa lilin untuk ditaruh di depan patung seorang ibu dengan menggendong anaknya yang berdiri di luar pabrik.
Pabrik tersebut hingga kini ditutup, namun para penentang mengatakan pengaruh kebocoran masih dirasakan terutama karena meracuni sumber air dan tanah yang ada di sekitar pabrik. BBC sempat mengambil sampel air dari pompa tangan yang pernah digunakan di pabrik untuk diperiksa di Inggris.
Menurut lembaga kesehatan PBB, WHO, bahaya racun yang diakibatkan oleh kebocoran gas di Bhopal mengandung 1.000 kali angka maksimum karbon tetraklorida, sebuah bahan beracun sangat berbahaya bagi manusia karena dapat menimbulkan kanker dan liver.
Sementara itu, para pemrotes mengatakan bahwa tragedi Bhopal telah menyebabkan anak-anak lahir cacat dan tumbuh tidak normal serta terancam penyakit kanker, diabetes, dan penyakit kronis lainnya.
Atas kejadian itu, 20 tahun lalu, perusahaan Union Carbide memberikan kompensasi US$470 juta atau setara dengan Rp 4,5 triliun kepada pemerintah India.
Kini, perusahaan tersebut diambil alih oleh perusahaan Dow Chemical sejak 1999. Perusahaan ini akan menyelesaikan seluruh persoalan yang pernah terjadi. Sedangkan perusahaan pemerintah India, Madhya Pradesh, yang bertanggung jawab pembangunan kembali perusahaan kimia itu dan Menteri Shivraj Singh Chouhan, pekan ini, menjamin bahwa air di sekitar pabrik aman dikonsumsi.
BBC | CHOIRUL