Kantor Berita Jana melaporkan bahwa Liga Arab meminta kesediaan Kolonel Qaddafi menengai perselisihan kedua negara yang ditimbulkan oleh ulah pendukung kesebelasan saat melakukan pertandingan playoff Piala Dunia.
Sementara itu, untuk meredahkan ketegangan kedua negara, 150 kaum intelektual Mesir dan Aljazair setuju agar perselisihan tersebut segera diselesaikan.
Keributan itu bermula saat kesebelasan Mesir dipukul 1-0 oleh Aljazair di tempat netral Sudan, sehingga Aljazair berhak melaju ke Afrika Selatan 2010 tahun depan. Dalam pertandingan sebelumnya, Mesir mempencundangi Aljzair 2-0 di Kairo.
Kekalahan ini tidak diterima oleh pendukung Mesir, sehingga terjadi aksi tawur antarkedua penyokong kesebelasan. Ternyata keributan tidak hanya terjadi di kalangan penggila bola, melainkan berkembang menjadi urusan politik.
Kedua pemimpin negara saling adu mulut, bahkan mengancam menarik duta besar masing-masing. Hal ini dapat membahayakan hubungan bilateral kedua negara.
Untuk itu, Ketua Liga Arab Amir Musa meminta Kolonel Muammar Qaddafi menjadi jembatan penengah agar perselisihan tidak berkembang ke arah pemutusan hubungan diplomatik di antara anggota Liga Arab.
"Sebagai Ketua Uni Afrika, Kolonel Muammar Qaddafi diminta menjadi jembatan damai antara Mesir dan Aljazair," demikian keterangan Jana.
Dalam petisi yang disampaikan secara online, kaum akademisi dan inteletual, salah satunya Dr Amir Magdi dari Kairo mengatakan kepada BBC bahwa peran media massa besar dalam meredakan ketegangan.
"Media kedua negara, khususnya televisi swasta di Mesir dan koran-koran di Aljazair sangat agresif, irasional, menyebar kebohongan dan melebih-lebihkan amuk massa tesebut," katanya.
Menurutnya, masih banyak orang yang baik di kedua negara. Mereka marah atas perbuatan itu, sementara media massa melebih-lebihkan kejadiannya.
BBC | CHOIRUL