TEMPO Interaktif, Ampatuan - Beberapa kilometer dari jalan raya utama, di puncak bukit terpencil yang diselimuti rumput setinggi pinggang, ditemukan mayat-mayat terbaring dengan tangan berkerut. Mereka telah tewas ditembak.
Polisi setempat menutupi mayat itu dengan daun pisang. Bau busuk meruap, saat 22 mayat ditemukan dalam lubang yang sama. Penemuan kuburuan massal ini menjadikan korban tewas mencapai 46 orang dalam tindak kekerasan di Filipina, sejak awal musim pemilihan.
Presiden Gloria Macapagal Arroyo menyatakan keadaan darurat di Maguindanao. Tentara dan polisi dikirimkan untuk memberlakukan aturan hukum. "Pelaku memegang penuh tanggung jawab kepada batas hukum yang telah dilanggar," katanya.
Pihak berwenang mengatakan para korban termasuk 13 wartawan Filipina dari koran-koran daerah, TV dan stasiun radio yang menemani anggota keluarga dan pendukung dari kandidat gubernur yang mengajukan surat pencalonannya untuk pemilu Mei 2010.
Noynoy Espina, wakil ketua National Union of Journalists of the Philippines, mengatakan sebanyak 20 wartawan mungkin telah ikut dalam konvoi, berdasarkan laporan dari serikat pekerja di daerah tersebut. Angka-angka belum bisa dipastikan, " ini pembantaian kepada wartawan terbesar yang pernah dilakukan," menurut wartwan yang tergabung dalam wartawan tanpa batas yang berbasis di Paris.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengutuk "kejahatan keji yang dilakukan dalam konteks kampanye pemilihan lokal" dan berharap bahwa "tidak ada upaya terhindar untuk membawa ke pengadilan dan untuk menahan pelaku yang bertanggung jawab," kata juru bicara PBB Michele Montas mengatakan pada PBB kantor pusat di New York.
AP| NUR HARYANTO