TEMPO Interaktif, Jakarta -
Roma – Para pemimpin dunia di Konfrensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang membahas keamanan pangan dunia berjanji mengambil tindakan penting untuk mengurangi bencana kelaparan global.
Selain itu, mereka juga berjanji menambah bantuan untuk para petani di negara-negara miskin agar tak tergantung lagi pada bantuan pangan luar negeri.
Keamanan pangan dan kelaparan dunia merupakan masalah utama yang di bahas dalam KTT PBB yang berlangsung selama tiga hari di Roma itu. KTT ini dihadiri sekitar 200 negara dan dibuka, kemarin, oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon.
Dalam pidatonya, Ki-moon meminta para pemimpin dunia bekerjasama membangun kepercayaan. “Kita perlu perencanaan investasi bersama, sumber-sumber daya alam yang dapat diprediksi, dan tanggung jawab bersama. Bersama kita harus menjamin bahwa pangan tersedia dan terjangkau untuk semua,” katanya.
Namun seruan Ki-moon rupanya tak berbekas di hati para peserta. Hanya sekitar satu jam setelah KTT dimulai, 60 kepala negara dan belasan menteri menolak permintaan PBB memberikan bantuan sebesar 44 miliar dolar setiap tahunnya kepada negara-negara miskin untuk mengembangkan pertanian. Selain itu, pada deklarasi akhir, mereka juga mencoret janji menghapus kelaparan pada 2025.
Kenyataan ini membuat Sekretaris Jenderal Badan Pangan PBB Jacques Diouf kecewa dan tidak puas dengan deklarasi tersebut.
“Saya kira acara ini dibuat untuk mencapai target, dan saya kira kita akan mendiskusikan apa yang harus dilakukan dalam empat atau lima tahun atau dalam waktu dekat ini. Bukan untuk mengurangi beberapa target yang telah ditetapkan,” jelasnya.
Tak hanya PBB yang menyatakan kecewa. Sejumlah lembaga kemanusiaan juga mengkritik deklarasi akhir tersebut. Mereka bahkan mempertanyakan efektifitas KTT, sebab sebagian besar pemimpin negara-negara kaya di dunia tidak hadir.
Satu-satunya kepala negara anggota G8, kelompok negara-negara industri maju, yang tampak yakni Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi. Karena itu mereka menilai KTT ini telah gagal.
Tapi menurut Asisten Direktur Jenderal Badan Pangan PBB Alexander Mueller, para peserta melakukan hal itu terkait krisis ekonomi dan perkiraan bahwa mereka akan menyalurkan uang untuk membangun dunia di KTT perubahan iklim yang berlangsung bulan depan, di Copenhagen.
VOA | BBC | AP | SUNARIAH