TEMPO Interaktif, Wina - Agen Internasional Energi Atom atau IAEA mengatakan, lokasi pengayaan uranium milik Iran di wilayah barat laut, cukup untuk memproduksi cadangan senjata nuklir selama setahun.
'Pabrik' nuklir yang kemungkinan akan dioperasikan mulai 2011 itu tertutup benteng tinggi dan tebal sehingga tampak sangat rahasia. Menurut wakil ketua Progam Strategi Keamanan Federasi Ilmuwan Amerika, Ivan Oelrich kekuatan fasilitas nuklir tersebut belum cukup untuk membuat reaktor nuklir untuk keburuhan rakyat Iran.
"Tapi kalau untuk menciptakan senjata nuklir, fasilitas itu mampu. Diperkirakan fasilitas itu mampu memproduksi senjata nuklir untuk keperluan perang negaranya," kata Ivan. Fasilitas nuklir itu oleh IAEA dinamakan Fordo, yang terletak di kota suci Qom.
Fordo ditengarai merupakan 'cabang' dari fasilitas nuklir Iran sebelumnya, yakni Natanz. Pada pertengahan 2009 lalu, Natanz berhenti beroperasi. IAEA hingga kini belum mendapat keterangan mengapa Natanz berhenti beroperasi. Namun banyak pengamat di Amerika Serikat memperkirakan, berhentinya Natanz hanya sementara, karena tengah membangun Fordo.
Sudah hampir setahun, sejak 2002 lalu, IAEA mendapat hambatan dari pemerintah Iran dalam melakukan penyelidikan fasilitas nuklir disana. Natanz terungkap pada 2002 lalu saat IAEA melakukan monitoring rutin. Terungkap ada 8.600 mesin pemutar uranium di Natanz, namun hanya 4.000 mesin yang berproduksi.
Pada 2 November kemarin, IAEA mengungkap Natanz sempat menghasilkan 1,8 ton uranium. Jumlah itu terlalu sedikit untuk keperluan pembangunan reaktor nuklir untuk keperluan sipil. Namun untuk keperluan perang, jumlah tersebut bisa mematikan.
Pada Minggu (15/11) di Singapura, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengatakan pada presiden Rusia Dmitry Medvedev bahwa telah habis waktu Iran dalam membuat perjanjian dengan IAEA.
Sejak September, Rusia menyatakan mendukung sanksi bagi Iran, jika negara pimpinan Mahmoud Ahmadinejad tersebut ternyata melaksanakan program nuklirnya untuk keperluan pembuatan senjata, dan bukan untuk kepentingan sipil. Obama meminta Ahmadinejad segera membuka pintu bagi IAEA untuk melakukan pemantauan fasilitas nuklir negaranya.
AP/A ANGIOLA HARRY