TEMPO Interaktif, Tagab Valey – Sebuah roket menghantam pasar di sebelah timur laut Kabul pada hari Senin. Sasaran dianggap mereka sasaran meleset, meski 12 warga sipil tewas. Sasaran sebenarnya adalah pertemuan puncak para Jenderal Prancis dengan lusinan tetua suku dan pejabat lokal Afganistan.
Serangan ini juga melukai 38 orang, 20 di antaranya kritis. Pasar yang sedang penuh sesak dengan pembeli karena Senin adalah hari pasar di Tagab --sebuah kota yang luas dikelilingi bata lumpur seperti benteng. Ladang-ladang kecil di sepanjang sungai dikelilingi oleh lereng-lereng gundul dan berselimut salju di puncak pegunungan Hindu Kush.
Brigadir Jenderal Marcel Druart mengatakan bahwa meskipun serangan itu untuk menunjukkan bahwa Taliban dapat mengganggu rencana NATO di wilayah itu. Kedua belah pihak bersaing untuk mempengaruhi. "Pertemuan ini tidak bisa dihentikan, dan menurut saya sangat penting," ujar Druart, yang tidak terluka dalam kejadian itu. Dia berada di pangkalan NATO di Nijrab, 8 kilometer utara Tagab.
Jenderal itu duduk bersama sekitar 40 pejabat dan tetua Afganistan untuk membahas serangan besar Prancis yang diluncurkan satu hari sebelumnya. Tujuan operasi adalah untuk mengamankan daerah dan merencanakan jalan yang akan melewati ibukota, Kabul.
Roket menghantam sekitar 90 menit setelah pertemuan diadakan di sebuah gedung di samping pasar utama Tagab. “Roket itu jatuh sekitar 200 meter jauhnya,” kata Druart.
Druart sebagai komandan Gugus Tugas Lafayette Perancis di Afganistan, mengatakan bahwa pasukan Prancis segera membalas dengan artileri dan meluncurkan roket-roket. Penembakan sporadis terdengar sepanjang siang, serangan melalui helikopter melayang-layang di atas kepala. "Target itu jelas syura (pertemuan)," kata Letnan Kolonel Lionel, salah seorang perwira yang menyaksikan serangan.
Mayor Philippe, seorang dokter tentara diterbangkan ke Tagab untuk mengobati personel yang terluka, mengatakan bahwa ada 20 orang dari yang terluka dievakuasi ke Kabul dan Bagram. "Sebagian besar korban luka terkena pecahan peluru," ujar Philippe.
Druart mengatakan serangan menunjukkan dengan jelas bahwa para pemberontak tidak peduli tentang kehidupan penduduk sipil Afghanistan. "Prioritas saya adalah penduduk, sebelum para pemberontak," kata Druart. "Tetapi ketika para pemberontak mencegah saya memiliki kontak dengan populasi, seperti dalam kasus ini menyerang penduduk kemudian saya bereaksi. Saya ulangi prioritas saya adalah penduduk dan meningkatkan kehidupan mereka. Para pemberontak adalah masalah kita memperlakukan secara terpisah."
AP| NUR HARYANTO