Aksi pembunuhan tersebut oleh rakyat Britania juga dinilai sangat ironis, karena bertentangan dengan keinginan masyarakat dunia yakni perdamaian. Britania merupakan negara kedua terbesar dalam hal pengiriman pasukan perang, setelah Amerika yang berencana akan menambah puluhan ribu unit pasukannya ke Aganistan.
Sementara lima prajurit Inggris tewas tersebut, terbunuh setelah bersitegang dengan para polisi Afganistan, karena hal sepele, yakni salah paham. Kelimanya tewas ditembak di selatan provinsi Helmand. Selain menewaskan lima prajurit, polisi Afganistan tersebut juga melukai enam tentara lainnya.
Tahun lalu, baku tembak antara polisi Afganisan dengan tentara Amerika pun pernah terjadi. Menurut staf PBB di Amerika Peter Galbraith, perlu ada standarisasi perekrutan polisi di Afganistan. "Karena selama perekrutan polisi di Afganistan sangat tertutup," kata Galbraith.
Pihak departemen pertahanan Amerika menemukan kasus korupsi serius di tubuh kepolisian Afganistan pada September lalu. "Tak seperti lembaga militer negara Aganistan yang masih bersih dan terhormat, kepolisian di negara itu memang sangat kotor, penuh dengan intrik politik bahkan diboncengi calo kekuasaan," kata analis Pentagon Anthony Cordesman. Dia meminta Presiden Afganista Hamid Karzai mengusut tuntas kasus pembunuhan lima tentara Inggris tersebut.
Sementara Karzai menanggapi hal itu mengatakan pihaknya telah menerima laporan dari lembaga kepolisian nasional negaranya, bahwa kasus tersebut sedang dalam proses penanganan. Juru bicara Karzai, Humayun Hamidzada menyebut penyerangan itu lebih 'sopan' ketimbang kejadian penyeragan di Amerika.
"Kalau di Amerika, banyak penembakan di tempat terbuka, bahkan di pusat perbelanjaan. Disana justru lebih gila," ungkapnya.
Meski begitu, dia mengakui hal itu merupakan pekerjaan rumah Karzai untuk mewujudkan Afganistan yang damai.
AP/ANGIOLA HARRY